Mohon tunggu...
Julia Andayani
Julia Andayani Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Karyawati antusias yang menuangkan segala ide, pemikiran, pendapat, ulasan dan pengalaman dalam sebuah tulisan. Dimana tulisan adalah bentuk dari berontak logika dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan ucapan. Silahkan kunjungi blog saya di juliaimnida.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Cuma Back-up Datamu, Back-up Juga Hidupmu

14 Juni 2016   16:48 Diperbarui: 14 Juni 2016   17:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.keiretsuforum.com/global-chapters/jakarta/

Adakah kompasianer disini yang juga perantau? Bagi sebagian besar masyarakat daerah seperti saya, merantau di Jakarta adalah salah satu cara untuk mengubah nasib. Mengubah nasib berupa masa depan yang lebih cerah. Sebenarnya banyak sekali pekerjaan di daerah, tetapi untuk beberapa orang termasuk saya dapat pekerjaan di perusahaan berskala besar atau bahkan internasional itu sulit ditemukan di daerah. Maka tidak jarang banyak sekali pendatang-pendatang di Jakarta yang nekat hanya dengan berbekal kemampuan seadanya mengadu nasib di Jakarta. Nekat saja tidak cukup, butuh mental sekuat baja untuk bisa bertahan hidup di Jakarta. Mulai dari biaya hidup yang besar, makan sehari-hari, lingkungan kerja dan lingkungan hidup yang berbeda 180 derajat dengan tempat asal kita.

Sebenarnya alasan kebanyakan orang memilih merantau di Jakarta itu simpel saja. Ingin masa depan yang lebih baik, karena pola pikir dan asumsi kita ya kita butuh pekerjaan dengan gaji yang lebih besar di Jakarta untuk hidup yang lebih mapan. Biarpun saya seorang perempuan yang nantinya jadi ibu rumah tangga, tetap saja saya butuh investasi untuk hidup saya ke depannya. Sebab baik laki-laki atau perempuan, suami ataupun istri, orang tua ataupun anak sama-sama akan menghadapi hari tua. Tetapi, sebenarnya hidup di Jakarta dengan biaya yang segedong itu sama saja jika kita bekerja di daerah, bedanya ya kita kalau tinggal dirumah tidak perlu bayar dan makan gratis, tapi kalau di Jakarta biaya tempat tinggal dan makan ditanggung kita sendiri. Tapi kalau bicara soal pengalaman sudah pasti kita lebih kaya pengalaman. 

Bahkan kerja di Jakarta itu waktunya relatif tercukur habis dibandingkan dengan dulu masih di daerah. Bagaimana tidak, untuk pulang pergi kantor saja bisa berjam-jam belum lagi diserang oleh kemacetan, dan akhirnya 24 jam sehari itu tidak pernah cukup. Tidak sebanding memang jika kita kalkulasikan dengan pendapatan yang kita terima setiap bulannya dengan pengeluaran rutin dan waktu yang banyak tersita. Nah, inilah yang menarik bagi anak rantauan seperti saya, yaitu tantangan untuk putar otak bagaimana caranya agar pendapatan kita bisa memberikan manfaat untuk masa depan.

Kan gak mungkin kita jauh-jauh merantau ke Jakarta tapi nihil hasilnya dan ujung-ujungnya terkena syndrome MaDeSu (Masa Depan Suram) juga. Apa kata dunia? Ada saja kebutuhan atau pengeluaran mendadak yang datang tiba-tiba dan menguras isi tabungan yang mati-matian kita simpan. Di saat tabungan sudah menipis, hati mulai gundah gulana gelisah tidak karuan. Dalam hati bertanya " aku harus cari uang dimana lagi? apa bisa aku bertahan hidup dengan angka segini? (sambil menangis lirih melihat buku tabungan)", dan masih banyak lagi keluh kesah anak rantauan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

Ada tiga jenis biaya yang patut kita waspadai. Pertama, biaya rutin yaitu biaya yang memang rutin dikeluarkan untuk kebutuhan pokok kita, misalnya biaya makan sehari-hari, biaya tempat tinggal (bagi anak rantauan itu seperti biaya kos, kontrak dsb), biaya transportasi, biaya pendidikan. Kedua, biaya khusus termasuk didalamnya biaya senang-senang, biaya jajan, biaya belanja dll selain biaya rutin. Biasanya kedua jenis ini kita anggarkan setiap bulannya untuk menghindari overflow.

Dan yang terakhir adalah biaya mendadak, misalnya biaya yang kita keluarkan saat kita sakit termasuk didalamnya biaya dokter, rumah sakit, obat, perawatan atau lainnya, atau biaya yang tidak diharapkan, misalnya terjadi kecelakaan. Bagi anak rantauan seperti saya, saya harus selalu waspada terhadap ketiga biaya tersebut. Tapi, kendalanya disini adalah bagaimana agar setiap biaya bisa proporsional sedangkan pendapatan yang kita dapat 3/4 nya untuk biaya rutin dan 1/4 nya untuk biaya khusus. Untuk pegawai kantor seperti saya, memang sudah diberikan perlindungan khusus di biaya kesehatan dan juga asuransi lainnya. Tetapi yang namanya dibiayai dari gaji kita dikantor, tetap saja ada batas dan juga ketentuannya, sehingga tidak bisa tercover seluruhnya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, atau bahkan semenit setelah kalian membaca ini. 


inaccountingnews.blogspot.com
inaccountingnews.blogspot.com
Sampai suatu hari ada teman saya yang bekerja sebagai Sales Manager di perusahaan asuransi bercerita soal asuransi kepada saya. Maksudnya sih memang bukan untuk prospek saya, tapi tidak ada salahnya dong saya ambil ilmunya. Lambat laun saya sadar kenapa perusahaan asuransi bisa begitu percaya diri membuka lapangan kerja dan memberikan janji-janji kepada kliennya. Karena ya memang tuntutan hidup di kota besar itu mengharuskan kita untuk cerdas mengambil peluang dan mengambil langkah secepat mungkin agar tidak menyesal di masa depan. Tidak perlu matematika atau rumus untuk menghitung profit ala anak ekonomi untuk menghitung berapa besar keuntungan kita dimasa depan selama 20 tahun mendatang. Asuransi itu prinsipnya membeli dengan uang yang jumlahnya minim tapi menghasilkan uang dan manfaat yang besar. Asuransi juga ibarat perumpamaan, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Semakin cepat kita bertindak, semakin banyak yang kita dapatkan. Keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan hasil yang dimasa depan. 

http://zen-it.deviantart.com/art/Masa-Depan-398024499
http://zen-it.deviantart.com/art/Masa-Depan-398024499
Hidup perlu perencanaan 

Hidup sendiri di kota besar itu tidak mudah. Semua serba sendiri. Kita harus cerdas menyikapi setiap situasi dan kondisi yang menerpa. Rencanakan hidup apabila kita tidak ingin kesusahan atau terombang-ambing di ambang kegalauan saat menghadapi kesulitan dimasa depan. Bagi saya yang masih single penting bagi saya untuk merencanakan hidup saya dimasa depan. Mulai dari pendidikan anak saya nantinya, asuransi jiwa saya, keluarga saya, atau jika nantinya saya diberikan kesempatan untuk berbisnis, maka perlu juga perlindungan untuk bisnis saya. Asuransi jiwa yang ditawarkan oleh banyak perusahaan asuransi bisa menjadi pilihan kalian untuk mulai merencanakan masa depan. Untuk menghindari biaya mendadak yang kita tidak tahu berapa besarnya ya kita harus was-was dan mempersiapkan dananya terlebih dulu. Caranya dengan memanfaatkan program asuransi jiwa  yang ditawarkan oleh sejumlah perusahaan asuransi. Asuransi tidak akan memaksakan kita untuk menyisihkan uang dalam jumlah besar, tapi yang pasti asuransi akan memberikan kita jaminan yang besar. 

Sekarang jamannya memprediksi masa depan 

Sudah bukan jamannya lagi kerja mati-matian tapi tidak ada hasilnya. Maksudnya disini adalah meskipun pendapatan yang diperoleh bisa dibilang cukup besar, namun tidak ada gunanya jika tidak ada manfaatnya dimasa depan. Ingatkan dengan teori time value of money? Nah, kalau saja kita punya banyak uang sekarang belum tentu di masa depan uang sejumlah itu dikatakan banyak lagi. Misalnya dulu dijaman orang tua kita Rp 100.000,- itu jumlahnya bisa beli beras 20 kg, tetapi sekarang Rp 100.000,- hanya bisa beli beras sebanyak 10 kg. Kita semua sama-sama akan menghadapi yang namanya hari tua. Hari dimana kita sudah tidak perlu bekerja keras lagi, waktunya untuk bersantai dirumah dan menikmati hasil kerja kita, tapi bagi yang waktu mudanya tidak menabung untuk hari tua, maka hari tuanya mereka akan tetap bekerja, bukan? kenapa? karena tidak ada jaminannya.  Menabung disini maksud nya bukan dengan menyisihkan dan ditabung dalam bank, melainkan direncanakan kedalam bentuk tabungan pensiun hari tua, kenapa? Ingat time value of money. Jumlahnya tidak akan sama dimasa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun