Mohon tunggu...
Andarbeny
Andarbeny Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Merajut pikiran lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Malpraktik Jurnalisme dan Selera Konsumen Media Online Kita

8 Juli 2018   19:21 Diperbarui: 8 Juli 2018   19:52 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa jadi kondisi ini adalah salah kita dan orang-orang disekeliling kita. Mengapa?

Dalam hukum pasar dimana ada permintaan disitu ada penawaran mungkin bisa jadi disinilah celah yang dimanfaatkan oleh industri media ketika menangkap peluang ada ceruk pasar yang cukup besar dari konsumen yang menyukai berita dengan judul fenomenal dan pola konsumen berita yang memilih berita berdasarkan kesukaan bukan kebenaran.

Minimnya sikap kritis kita sebagai konsumen ditangkap oleh industri media sebagai kesempatan yang turut melanggengkan praktik jurnalisme yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Ada baiknya kita terlebih dahulu membenahi mindset kita saat menerima sebuah berita dan informasi.

Salah satu caranya adalah dengan mencari kebenaran atas sebuah informasi dimulai dari cara-cara yang paling mudah seperti membandingkan informasi sejenis dan melihat kesamaan fakta pada media-media lainnya yang kredibel.

Selain itu, dari media-media lain juga kita dapat melihat sudut pandang yang digunakan media tersebut dalam menyajikan informasi tersebut seperti apakah berita yang disajikan tendensius menyalahkan salah satu pihak saja atau mungkin berita tersebut hanya memberikan ruang bagi salah satu pihak saja tanpa memberikan ruang yang berimbang bagi pihak lainnya untuk mengeluarkan pendapat sehingga pemberitaan tersebut bisa jadi berat sebelah.

Kemudian kita juga dapat memastikan kebenaran sebuah informasi melalui tayangan yang pernah diupload di situs video streaming seperti youtube. Mengapa demikian?

Karena saat ini marak bermunculan video berita yang beredar di media sosial yang dibumbui dengan caption provokatif padahal video yang digunakan tersebut adalah video yang sudah lama di upload di situs video streaming macam youtube namun diupload kembali di media sosial dengan caption yang berbeda (fabricated news).

Hal ini bisa kita lihat ketika ada video yang memberitakan tentang sebuah desa yang dibakar oleh sekelompok orang dari desa lainnya.

Padahal video tersebut merupakan aksi pembakaran yang sudah lampau dilakukan dan bukan melibatkan masyarakat kedua desa tersebut meskipun video tersebut adalah video aksi pembakaran yang sekalipun mirip dengan lokasi sebuah desa tertentu.

Jika hal ini disikapi dengan emosional tentu dapat membuahkan sebuah konflik horizontal yang memecah belah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun