Mohon tunggu...
Andang Masnur
Andang Masnur Mohon Tunggu... Relawan - Komisioner

Komisioner KPUD Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara | Sedang Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Karena Ayah Menikah Lagi

29 Februari 2020   08:02 Diperbarui: 29 Februari 2020   08:04 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku yang mendengar ucapan ibu itu seakan tak percaya. Lalu ibu bercerita tentang kabar yang didapatnya. Seorang tetangga yang masih ada hubungan family dengan kami punya anak yang menikah dan menetap di kota. Dari situlah informasi didapatnya. Ayahku terlihat berjalan bersama seorang perempuan yang sedang hamil. Penasaran akan itu, Ratna anak Bu Marni tetangga kami itu membuntuti dan mencari informasi. Ternyata benar, ayah menikah dengan perempuan itu dan tinggal mengontrak rumah di kota.

****
Hari-hari kami seakan berubah. Adik-adikku yang sekarang duduk di bangku kuliah juga sama murungnya mengetahui kabar itu. Ayah yang biasanya kami sambut hangat saat pulang dari kota tak lagi seperti dulu.

Tidak ada yang berani memulai untuk bicara membahas soal itu. Kami yang terlanjur segan terhadap ayah selama ini seolah membiarkan ini. Disatu sisi kami prihatin terhadap ibu yang seolah tidak dihargai keberadaannya.

Ayah menikah tanpa seizin ibu dan mengetahuinya dari orang lain bukan suatu yang sederhana menurutku. Walau usia ibu yang terpaut dua tahun lebih tua dari ayah tapi seharusnya ayah izin dulu ke ibu. Jika niatnya untuk ibadah kan seharusnya seperti itu.

****
Suatu pagi ibu terdengar muntah-muntah di kamar mandi belakang. Santi anak yang nomor dua berlari memegangi ibu. Ibu yang punya riwayat maag ini memang seringkali sakitnya kambuh. Kepikiran ayah atau memang merasa terbebani karena sudah sebulan lebih sejak mendapat kabar itu mereka diam-diaman di dalam rumah. Ayah di kamar, ibu di ruang tengah menonton tv. Sebaliknya jika ayah di ruang rengah ibu yang menghindar ke dapur atau kemanalah.

Jelasnya rumah seperti sedang perang dingin.  Begitu juga kami, yang tak lagi bisa hangat kepada ayah. Nanti jika terlihat ngobrol santai kepadanya, ibu nanti malah merasa bahwa kami mendukung perbuatan ayah. Serba salah dan kebanyakan dari kami berdiam di kamar setelah beraktifitas.


****
Hari ini ayah kembali ke kota. Mungkin perjalanan bisnis atau memang waktunya menjenguk "02". Begitu ku dengar orang-orang di sekitar memberi sebutan untuk istri kedua ayahku.

Sejak ketahuan menikah lagi, ada suasana yang terbilang baru di rumah. Aku, Santi dan Rahmat yang paling bungsu lebih merasa nyaman tinggal di rumah. Kami lebih bisa tertawa bersama ibu jika sedang menonton hal konyol di depan tv. Atau lebih bisa menikmati segelas teh hangat buatan ibu menghabiskan sore. Semua terasa plong, leluasa dan berbeda saat tidak ada ayah di rumah.

Hingga suatu sore ibu berkata pada kami. Dipanggilnya kami bertiga di teras rumah. Sambil menikmati pisang goreng dan teh hangat, ibu mulai berbicara.

"Arya, Santi, Rahmat kalian jangan membeci ayah. Mungkin ini sudah takdirnya. Kalian tidak akan bisa bersekolah seperti sekarang ini jika bukan karena dia. Ibu ikhlas kok"

Aku melihat raut ibu kembali seperti malam pertama saat mendengar kabar ayah menikah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun