Market economy
Dalam kapitalisme, harga barang dan jasa tidak ditentukan oleh negara, melainkan oleh mekanisme pasar berdasarkan hukum supply and demand. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran menciptakan fluktuasi harga yang dinamis.
Selain itu, dalam kapitalisme, tenaga kerja dan bahkan waktu manusia diperlakukan sebagai komoditas. Manusia menjual tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja, ditukar dengan upah. Hubungan ini melahirkan dinamika sosial yang kompleks, di mana status sosial banyak ditentukan oleh akses terhadap modal dan sumber daya produksi.
Kritik terhadap Kapitalisme: Munculnya Ketidakadilan
Meskipun menawarkan banyak kemajuan teknologi dan kesejahteraan material, kapitalisme juga menuai kritik tajam, terutama terkait ketidakadilan sosial dan ekonomi.
Salah satu efek samping kapitalisme adalah konsentrasi kekayaan pada segelintir elite. Ketimpangan distribusi kekayaan menjadi ciri yang semakin mencolok di banyak negara kapitalis, menciptakan jurang besar antara si kaya dan si miskin. Fenomena slum atau daerah kumuh di kota-kota besar menjadi bukti konkret dari sisi gelap kapitalisme.
David Ricardo dalam teorinya tentang "iron law of wages" memperingatkan bahwa persaingan bebas di pasar tenaga kerja dapat menekan upah pekerja hingga ke tingkat minimum yang hanya cukup untuk bertahan hidup. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus, di mana pekerja tetap miskin meski terus bekerja keras.
Kapitalisme juga sering dikritik karena sifatnya yang cenderung eksploitatif, mendorong eksploitasi buruh, perusakan lingkungan, dan ketidakstabilan ekonomi akibat siklus boom and bust.
Marxisme: Tanggapan Radikal terhadap Kapitalisme
Karl Marx menawarkan kritik paling sistematis terhadap kapitalisme. Dalam karyanya seperti The Communist Manifesto (1848) dan Das Kapital (1867), Marx membongkar mekanisme internal kapitalisme yang ia anggap menindas.
Menurut Marx, sistem kapitalis membagi masyarakat menjadi dua kelas utama: bourgeoisie (pemilik modal) dan proletariat (kelas pekerja). Kaum borjuis menguasai alat-alat produksi dan menggunakan kekuasaannya untuk mengeksploitasi tenaga kerja proletar, mengambil surplus value dari kerja mereka untuk memperkaya diri sendiri.
Bagi Marx, private property bukanlah sesuatu yang alamiah, melainkan hasil dari relasi kekuasaan historis. Ia percaya bahwa sejarah umat manusia digerakkan oleh konflik kelas, dan bahwa kapitalisme, dengan semua kontradiksi internalnya, akan berujung pada kehancuran melalui revolusi sosial.