Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamu Sungguhan Peduli? Mengalahlah!

1 Agustus 2023   19:46 Diperbarui: 1 Agustus 2023   20:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Video berdurasi 2 menit 15 detik tersebut menampilkan situasi konflik, dimana ada dua binatang besar yang hendak menyeberangi satu jembatan sempit dari arah yang berlawanan pada saat yang bersamaan. Keduanya sama-sama ingin segera sampai. Ketika berjumpa di tengah, mereka pun bertengkar. Semuanya mau duluan. Tidak ada yang mau menunggu di urutan belakang. Akhirnya pertengkaran malah membuat jembatan sempit hancur, dan keduanya tergelincir jatuh ke dalam jurang.

Situasi konflik kembali terulang, di mana ada dua binatang kecil yang hendak menyeberangi seutas tali (sisa jembatan tadi). Lagi-lagi dari arah yang berlawanan, pada saat yang bersamaan. Keduanya pun sama-sama ingin segera sampai. Untunglah kali ini, satu binatang kecil bersedia membungkukkan badannya, sehingga dapat dilewati dulu oleh kawannya. Setelah kawannya lewat, barulah ia melenggang melanjutkan penyeberangannya. Maka kedua binatang kecil itu dapat tiba dengan selamat di tujuan.

Apakah mengalah terlebih dahulu dapat menciptakan kemenangan bersama di dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita simak kelanjutan kisah nyata dari XYZ di atas.

Lanjutan kisah X. Menyikapi sikap permusuhan dari teman-teman sekelas, X memilih diam. Ia tidak melawan, ataupun balas memusuhi mereka. Pelan-pelan, sikap permusuhan teman-temannya reda. Menjadi netral. Malah beberapa ada yang kembali bersikap hangat penuh persahabatan seperti sebelumnya. 

Pada saat itulah, baru terlihat, ada satu sosok teman yang ternyata menghasut kelas untuk memusuhi X. Terhadapnya, X tetap bersikap sama. Diam. Tidak memusuhinya. Saat bersua, tetap menunjukkan sikap ramah. Waktu berselang lama. Bertahun-tahun kemudian, X kembali bertemu dengan sang biang penghasut itu, setelah mereka masing-masing berumah tangga. X masih ingat pengalamannya ketika SD. Sementara teman yang menjadi biang penghasut sepertinya sudah lupa. Waktu menyembuhkan. Dalam lubuk hatinya, X paham, bahwa temannya waktu itu tidak mengerti apa yang dilakukannya. Keduanya berteman baik hingga sekarang.

Lanjutan kisah Y. Pada waktu indeks prestasi semester kedua turun, Y merasa sedih. Namun pada saat yang bersamaan, Y merasa jadi dapat memahami perasaan kawan-kawannya, manakala melihat ada teman yang memperoleh nilai (jauh) lebih tinggi. Pengertian yang tumbuh tersebut membuat kesedihannya pribadi hanya hadir sesaat, lalu terbang pergi. Y merasa menjadi bagian dari kelompok rekan sebayanya, dan siap belajar bersama, untuk sama-sama meraih prestasi. Di antara teman-teman seangkatannya, kompetensi Y dapat diandalkan, sebagaimana juga Y menghargai kompetensi rekan-rekannya. Y merasakan semangat kerja kolegial yang terbangun hingga sekarang.


Lanjutan kisah Z. Setelah Z pindah kerja, rekan-rekan yang memusuhinya sempat beberapa kali menghubunginya, sekedar bersapa kabar. Salah satu di antaranya, yang dulu paling memusuhi Z, bahkan kini kerap mengiriminya hadiah. Yang paling mengejutkan bagi Z adalah, ketika rekan yang paling memusuhinya tersebut memiliki anak pertama, dan menamai anak pertamanya dengan nama Z. Pada saat itu juga, seluruh luka hati Z tersembuhkan.

Dari ketiga lanjutan kisah di atas, tampak bahwa sikap diam dan tidak membalas permusuhan dari XYZ ternyata efektif memutus tali permusuhan. Waktu berselang kemudian membantu XYZ memulihkan luka batinnya. Perjumpaan kembali menjadi peluang bagi XYZ untuk menguji ketulusannya dalam memaafkan, dan berkesempatan menciptakan tali baru perdamaian di dalam persahabatan.

Akar Persahabatan

Tanggal 30 Juli diperingati sebagai hari persahabatan internasional. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menetapkan hari tersebut dengan tujuan untuk melanjutkan penerapan budaya damai dan non-kekerasan bagi anak-anak dunia. Pada tahun 2023 ini, hari persahabatan internasional dirayakan secara khusus untuk menghadapi krisis sosial, seperti kemiskinan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia di antara penduduk dunia (Puspapertiwi, 2023).

Arti persahabatan itu sendiri jelas merupakan kebalikan dari permusuhan. Dari kisah XYZ, kita belajar bahwa permusuhan mulai timbul saat mereka kurang peduli dengan lingkungan, dan hanya fokus menjaga kepentingan pribadinya. Dengan demikian, persahabatan dapat kita mulai dengan menunda pemenuhan kepentingan pribadi, dan mendahulukan peduli pada kepentingan orang lain.

Misalnya, ketika orang tua sedang beraktivitas dan anak-anak menyela minta perhatian, maka orang tua dapat berhenti sejenak. Memandang mata anak-anak. Dan menaruh perhatian penuh untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun