Mohon tunggu...
Ananta della
Ananta della Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

ilmu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali anak autisme? Mungkin Kamu Autisme

15 November 2022   11:20 Diperbarui: 21 November 2022   17:43 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theasianparent

Setiap individu pada masa usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, yang disebut dengan masa emas. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun akan mencapai titik sempurna yaitu 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perembangan otak pada usia dini memiliki peran yang sangat besar, perkembangan ini akan memberikan dampak  yang besar saat dewasa. 

Pada proses perkembangan, anak perlu diberikan stimulus positif dari keluarga maupun lingkungan, agar aspek perkembangan seperti agama, kognitif, bahasa dan sosialnya berjalan dengan baik. Namun, tidak semua anak memiliki tingkat perkembangan dan pertumbuhan yang baik. Sering kita jumpai di sekitar kita ada beberapa anak yang mengalami gangguan pada tingkat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti gangguan fisik yaitu tuna rungu atau cacat fisik dan gangguan mental. 

Seperti halnya kasus dibawah ini: 

Seorang anak laki-laki yang bernama Diego yang berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Pada usianya itu ia belum bisa berbicara dan tidak bisa duduk dengan tenang. Diego hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak jelas, ketika dipanggil ia cenderung tidak pernah bereaksi, ia juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Setelah diperiksa ternyata ia tidak mau kontak mata dan tersenyum pada orang lain. Kemudian ketika diberikan bola, dia menyusun bola secara sejajar dengan sangat rapi dan diulang-ulang, tidak mau bermain dengan orang lain, dan ketika mebutuhkan bantuan ia menarik -narik tangan ibunya untuk melakukannya. Semua perilaku yang ditunjukkan tersebut, menunjukkan  bahwa anak tersebut terkena gangguan  mental yaitu autisme. 

Tahukah kamu, autisme itu apa? 

Secara bahasa autisme berasal dari kata "Autos" yang artinya diri dan isme yang berarti paham atau aliran. Autisme dapat diartikan dengan keasikkan dalam dirinya sendiri.  Autisme atau yang disebut dengan autustic Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf  yang ditandai dengan kurangnya komunikasi sosial dan adanya pola perilaku yang terbatas dan berulang - ulang. Autisme adalah suatu kondisi seseorang sejak lahir atau saat balita, yang menyebabkan dirinya tidak bisa membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. 

Menurut Power (1989) karakteristik anak autisme yaitu memiliki 6 gangguan yang terdiri dari dalam bidang interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik, dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai terlihat sejak lahir atau saat masih kecil, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Anak autisme masih tampak normal saat usia 1 - 2 tahun dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan perilaku yang berbeda saat bermain, serta berinteraksi dengan orang lain. Namun, para orang tua menganggap hal yang biasa. 

 Apa saja perilaku Anak Autis ? Bagaimana cara berperilakunya? 

Skinner seorang ahli psikolog , merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stilumus. Beberapa perilaku yang muncul dari anak yang autisme, sebagai berikut:

a. Aggressive  

Tidak semua anak autisme menunjukkan perilaku aggressive. Akan tetapi, ini adalah gejala yang umum untuk anak autisme yaitu kemarahan yang meledak-ledak, memukul, menendang, dan melempar serta merusak benda apapun yang ada disekelilingnya. Perilaku ini disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan atau keinginan sang anak, posisi benda yang sudah disusun berubah, atau mainan kesukaannya diambil orang lain. Perilaku yang seperti ini bukan  merupakan  kemanjaan atau kenakalan seorang anak. 

b. Self Injury (Menyakiti Diri Sendiri)

Menurut beberapa ahli, perilaku ini terjadi dan meningkat di akibatkan beberapa masalah seperti rasa jemu, kurangnya stimulus atau berlebihan stimulus yang diberikan. Perilaku menyakiti diri sendiri ini bisa  seperti; menjambak rambut, menggigit, dan membenturkan kepalanya ke dinding atau lantai. Perilaku ini muncul secara spontan dan biasanya anak yang melakukan perilaku ini tidak mengalami rasa sakit sedikitpun. Rasa sakit itu direspon secara singkat, hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa anak dengan autisme memiliki maslah pada fungsi sensori di mana tidak merasakan rasa sakit yang sedang dialaminya. Perilaku ini akan berkurang karena beberapa faktor yaitu; kematangan anak, pemahaman anak, dan terapi yang di lakukan. 

c. Rigid Routines (Mengikuti pola tertentu Tanpa Mau Merubahnya) 

Anak autisme yang cenderung tidak siap dengan perubahan yang terjadi disekitarnya yang menyebabkan anak autisme mengalami kecemasan, kebingungan dan merasa terganggu atas perubahan yang terjadi. Perilaku tersebut akan mengakibatkan terganggunya proses belajar dan terapi pada anak. Contohnya, ketika guru yang biasanya mengajar tidak masuk maka anak akan mengalami kecemasan dan kesulitan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Termasuk pergantian materi dan alat bantu yang digunakan. Kebiasaan mempertahankan kondisi ini dikarenakan anak dengan kebutuhan autisme ini tidak memiliki pemahaman komunikasi verbal dan non-verbal yang memadai. Sehingga mereka tergantung dengan keadaan dan rutinitas yang mudah diketahui. 

d. Self Stimulation (tindakan yang berulang - ulang ) 

Anak autisme biasanya akan sangat sulit menerima informasi dari luar karena konsentrasinya akan tertuju penuh pada tindak yang sedang ia buat berulang-ulang. Leaf dan McEachin (1999) membagi kategori perilaku self Stimulation menjadi 3 bagian, yaitu yang pertama adalah gerak tubuh, berayun-ayun, memutar-mutar badan sendiri, dan menepuk-nepukkan tangan. 

Yang kedua adalah menggunakan objek untuk mencari input sensori, misalnya mengepak-ngepakkan tangan dengan menggunakan kertas, daun, melilit-lilitkan pada jari, memutar objek, memutar roda mobil, dll. Seringkali anak- anak autisme berinteraksi denganbenda melalui bermain. 

Yang ketiga yaitu ritual dan obsessions. Perilaku ini termasuk menyusun objek dalam satu deret atau baris, kelekatan terhadap benda, memakai pakaian yang sama, menuntut sesuatu tidak berpindah, berbicara terus-menerus tentang topik tertentu yang sama, dan masalah pada perpindahan benda.

e. Faxations (minat terhadap suatu objek tertentu) 

Setiap anak autisme memiliki minat dan kesenangan pada objek atau kegiatan tertentu. Mereka cenderung minat terhadap angka- angka, membaca buku, sejarah atau peristiwa penting, nama-nama tempat sejarah, menyanyi, menggambar, damn minat terhadap jenis mobil. Dalam beberapa kasus, orang tua yang memiliki anak autisme kebanyakan anak mereka berhasil dan sukses di karenakan anak autisme memiliki kemampuan fokus yang tinggi sehingga mereka konsisten dalam mendalami minatnya.  

Gangguan- gangguan pada perilaku ini akhirnya menyebabkan anak dengan autisme sulit dalam melakukan interaksi sosial dengan orang yang ada disekitarnya. Hal tersebut akan tampak dari menolak atau menghindar untuk bertatap muka, tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Tidak senang atau menolak dipeluk, bila meinginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan ketika bermain ia selalu menjauh saat didekati. Hal tersebut, sering dianggap gejala keterlambatan perkembangan biasa oleh orang tua. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan autisme dan kepekaan orang tua mengenai sang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun