Mohon tunggu...
Ananta della
Ananta della Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

ilmu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali anak autisme? Mungkin Kamu Autisme

15 November 2022   11:20 Diperbarui: 21 November 2022   17:43 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theasianparent

b. Self Injury (Menyakiti Diri Sendiri)

Menurut beberapa ahli, perilaku ini terjadi dan meningkat di akibatkan beberapa masalah seperti rasa jemu, kurangnya stimulus atau berlebihan stimulus yang diberikan. Perilaku menyakiti diri sendiri ini bisa  seperti; menjambak rambut, menggigit, dan membenturkan kepalanya ke dinding atau lantai. Perilaku ini muncul secara spontan dan biasanya anak yang melakukan perilaku ini tidak mengalami rasa sakit sedikitpun. Rasa sakit itu direspon secara singkat, hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa anak dengan autisme memiliki maslah pada fungsi sensori di mana tidak merasakan rasa sakit yang sedang dialaminya. Perilaku ini akan berkurang karena beberapa faktor yaitu; kematangan anak, pemahaman anak, dan terapi yang di lakukan. 

c. Rigid Routines (Mengikuti pola tertentu Tanpa Mau Merubahnya) 

Anak autisme yang cenderung tidak siap dengan perubahan yang terjadi disekitarnya yang menyebabkan anak autisme mengalami kecemasan, kebingungan dan merasa terganggu atas perubahan yang terjadi. Perilaku tersebut akan mengakibatkan terganggunya proses belajar dan terapi pada anak. Contohnya, ketika guru yang biasanya mengajar tidak masuk maka anak akan mengalami kecemasan dan kesulitan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Termasuk pergantian materi dan alat bantu yang digunakan. Kebiasaan mempertahankan kondisi ini dikarenakan anak dengan kebutuhan autisme ini tidak memiliki pemahaman komunikasi verbal dan non-verbal yang memadai. Sehingga mereka tergantung dengan keadaan dan rutinitas yang mudah diketahui. 

d. Self Stimulation (tindakan yang berulang - ulang ) 

Anak autisme biasanya akan sangat sulit menerima informasi dari luar karena konsentrasinya akan tertuju penuh pada tindak yang sedang ia buat berulang-ulang. Leaf dan McEachin (1999) membagi kategori perilaku self Stimulation menjadi 3 bagian, yaitu yang pertama adalah gerak tubuh, berayun-ayun, memutar-mutar badan sendiri, dan menepuk-nepukkan tangan. 

Yang kedua adalah menggunakan objek untuk mencari input sensori, misalnya mengepak-ngepakkan tangan dengan menggunakan kertas, daun, melilit-lilitkan pada jari, memutar objek, memutar roda mobil, dll. Seringkali anak- anak autisme berinteraksi denganbenda melalui bermain. 

Yang ketiga yaitu ritual dan obsessions. Perilaku ini termasuk menyusun objek dalam satu deret atau baris, kelekatan terhadap benda, memakai pakaian yang sama, menuntut sesuatu tidak berpindah, berbicara terus-menerus tentang topik tertentu yang sama, dan masalah pada perpindahan benda.

e. Faxations (minat terhadap suatu objek tertentu) 

Setiap anak autisme memiliki minat dan kesenangan pada objek atau kegiatan tertentu. Mereka cenderung minat terhadap angka- angka, membaca buku, sejarah atau peristiwa penting, nama-nama tempat sejarah, menyanyi, menggambar, damn minat terhadap jenis mobil. Dalam beberapa kasus, orang tua yang memiliki anak autisme kebanyakan anak mereka berhasil dan sukses di karenakan anak autisme memiliki kemampuan fokus yang tinggi sehingga mereka konsisten dalam mendalami minatnya.  

Gangguan- gangguan pada perilaku ini akhirnya menyebabkan anak dengan autisme sulit dalam melakukan interaksi sosial dengan orang yang ada disekitarnya. Hal tersebut akan tampak dari menolak atau menghindar untuk bertatap muka, tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Tidak senang atau menolak dipeluk, bila meinginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan ketika bermain ia selalu menjauh saat didekati. Hal tersebut, sering dianggap gejala keterlambatan perkembangan biasa oleh orang tua. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan autisme dan kepekaan orang tua mengenai sang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun