Ketika berada di Malang, coba lewati kampung warna-warni yang ada di samping stasiun Malang. Karena jalan lebih tinggi dari permukiman, terlihat atap yang dicat berwarna warni, di seberangnya juga ada kampung biru yang sesuai namanya didominasi warna biru.
Latah kampung warna-warni tidak hanya di Malang saja. Ada Kampung Pelangi di Semarang, Kampung Kali Code di YogYa, Kampung Bobotsari di Purbalingga dan Kampung Kalilo di Banyuwangi. Bukan hanya di Jawa saja, kampung warna-warni juga ada di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.
Melihat banyaknya kampung dengan ciri yang sama yaitu warna-warni, tentunya tidak bisa lagi hal ini menjadi ciri khas, karena tidak hanya dimiliki oleh satu daerah atau kampung. Berbeda dengan misal Kampung Naga yang memiliki kekhasan dalam mengelola hasil daerah tersebut dan model adat yang diterapkan.
Menjadi titik perhatian dan percontohan seharusnya adalah cara menganalisa masalah dan solusinya, tetapi yang terjadi adalah mencontoh solusinya tanpa memandang perbedaan masalah.
Sehingga yang terpampang adalah warna-warni. Apapun masalahnya warna-warni solusinya. Kampung yang harusnya dapat mengembangkan diri sesuai khas yang dimiliki malah menjadi seragam yang disebabkan oleh pola pikir di atas tadi.Â
Kampung penghasil susu dapat berkembang menjadi kampung susu, kemudian dapat meluaskan wisata dengan branding susu tersebut. Contoh yang nyata adalah Kampung Wisata Pujon.
Cat Warna-warni akhirnya dipilih karena memenuhi persyaratan tersebut. Efek dari warna-warni yang saat itu masih jarang berupa kunjungan wisatawan yang semakin naik dan ramai.Â
Masyarakat pun banyak yang memanfaatkan untuk berjualan. Efek wisatawan yang semakin ramai, masyarakat akhirnya peduli terhadap kebersihan lingkungan serta aktif menjaganya. Cat warna-warni setidaknya bisa menyelesaikan 80 persen masalah lingkungan di kampung tersebut.
Tentunya tidak semua kampung memiliki masalah yang sama. Kampung dengan masalah permukiman yang terlalu padat, banjir setiap saat sampai lingkungan yang pengap tidak bisa diselesaikan dengan hanya dengan polesan warna-warni tersebut.Â
Tren warna-warni juga terjadi pada ruang publik lain yaitu tempat wisata. Dua tempat yang menjadi titik fokus kali ini adalah Bukit wisata Pulau Dua, Luwuk, Banggai Sulawesi Tengah dan Harau Valley di Kabupaten 50 kota, Sumatera Barat. Keduanya sama-sama menerapkan konsep warna-wani, yang satu diaplikasikan pada sepanjang tangga menuju bukit, satunya pada bangunan wisata.