Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Warna-warni Ruang Publik yang Berlebihan

13 Maret 2019   12:57 Diperbarui: 13 Maret 2019   20:24 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Warna Bobotsari, Purbalingga. (Foto oleh anggitaputri261-Phinemo.com)

Ketika berada di Malang, coba lewati kampung warna-warni yang ada di samping stasiun Malang. Karena jalan lebih tinggi dari permukiman, terlihat atap yang dicat berwarna warni, di seberangnya juga ada kampung biru yang sesuai namanya didominasi warna biru.

Latah kampung warna-warni tidak hanya di Malang saja. Ada Kampung Pelangi di Semarang, Kampung Kali Code di YogYa, Kampung Bobotsari di Purbalingga dan Kampung Kalilo di Banyuwangi. Bukan hanya di Jawa saja, kampung warna-warni juga ada di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Kalilo Banyuwangi. (Foto oleh tichatikaa-Phinemo.com)
Kalilo Banyuwangi. (Foto oleh tichatikaa-Phinemo.com)
Negara-negara dunia juga memiliki daerah dengan ciri berwarna-warni ini. Ada Bo-Kaap, Cape Town, Afrika Selatan, St. John's, Newfoundland, Kanada, Pelourinho, Salvador, Brazil, Nyhavn, Copenhagen, Denmark, dan masih banyak lagi.

Melihat banyaknya kampung dengan ciri yang sama yaitu warna-warni, tentunya tidak bisa lagi hal ini menjadi ciri khas, karena tidak hanya dimiliki oleh satu daerah atau kampung. Berbeda dengan misal Kampung Naga yang memiliki kekhasan dalam mengelola hasil daerah tersebut dan model adat yang diterapkan.

Bo-Kaap, Cape Town, Afrika Selatan (Sumber: idntimes.com)
Bo-Kaap, Cape Town, Afrika Selatan (Sumber: idntimes.com)
Fenomena ini berkembang lebih ke arah mengikuti tren semata dalam aspek keindahan saja terutama mengejar label "instagramable." Nyatanya eksekusi berupa "warna-warni" tentunya dikarenakan beberapa alasan mendasarinya. 

Menjadi titik perhatian dan percontohan seharusnya adalah cara menganalisa masalah dan solusinya, tetapi yang terjadi adalah mencontoh solusinya tanpa memandang perbedaan masalah.

Sehingga yang terpampang adalah warna-warni. Apapun masalahnya warna-warni solusinya. Kampung yang harusnya dapat mengembangkan diri sesuai khas yang dimiliki malah menjadi seragam yang disebabkan oleh pola pikir di atas tadi. 

Kampung penghasil susu dapat berkembang menjadi kampung susu, kemudian dapat meluaskan wisata dengan branding susu tersebut. Contoh yang nyata adalah Kampung Wisata Pujon.

Pelourinho, Salvador, Brazil (Sumber: www.tripsavvy.com)
Pelourinho, Salvador, Brazil (Sumber: www.tripsavvy.com)
Salah satu studi kasus adalah kampung Jodipan, Malang. Dulu masyarakat kumuh, sampah di mana-mana serta perekonomian yang masih belum bisa mencukupi. Analisisnya adalah dibutuhkan ruang yang bercitra bersih dan sedap dipandang untuk mengatasi kampung yang kumuh.

Cat Warna-warni akhirnya dipilih karena memenuhi persyaratan tersebut. Efek dari warna-warni yang saat itu masih jarang berupa kunjungan wisatawan yang semakin naik dan ramai. 

Masyarakat pun banyak yang memanfaatkan untuk berjualan. Efek wisatawan yang semakin ramai, masyarakat akhirnya peduli terhadap kebersihan lingkungan serta aktif menjaganya. Cat warna-warni setidaknya bisa menyelesaikan 80 persen masalah lingkungan di kampung tersebut.

Tentunya tidak semua kampung memiliki masalah yang sama. Kampung dengan masalah permukiman yang terlalu padat, banjir setiap saat sampai lingkungan yang pengap tidak bisa diselesaikan dengan hanya dengan polesan warna-warni tersebut. 

Kampung Warna Jodipan. (Foto oleh yuniartianissya-Phinemo.com)
Kampung Warna Jodipan. (Foto oleh yuniartianissya-Phinemo.com)
Permukiman yang padat tidak akan berkurang penghuninya, banjir pun akan tetap datang. Wisatawan pun urung mengunjungi dengan keadaan tersebut. Sebelum dikunjungi saja sudah padat apalagi kalau ditambah pengunjung baru?

Tren warna-warni juga terjadi pada ruang publik lain yaitu tempat wisata. Dua tempat yang menjadi titik fokus kali ini adalah Bukit wisata Pulau Dua, Luwuk, Banggai Sulawesi Tengah dan Harau Valley di Kabupaten 50 kota, Sumatera Barat. Keduanya sama-sama menerapkan konsep warna-wani, yang satu diaplikasikan pada sepanjang tangga menuju bukit, satunya pada bangunan wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun