Mohon tunggu...
Anang Fathoni
Anang Fathoni Mohon Tunggu... Lainnya - Long-Life Learner

IG : @anang_fathoni Email : ananglight@gmail.com https://linktr.ee/anang_fathoni

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Fungsi Bahasa dan Pemerolehan Bahasa

9 Desember 2021   18:44 Diperbarui: 9 Desember 2021   18:54 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Internal Kemampuan Berbahasa diadaptasi dari Kersen (1982)

Fungsi Bahasa

Ketika berbicara tentang fungsi bahasa, mungkin berarti kita juga sedang membahas cara manusia menggunakan bahasanya (Halliday and Hasan 1989:13). 

Fungsi bahasa pada umumnya adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi apabila pihak yang berkomunikasi tidak memiliki bahasa yang sama yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Arif 2018). 

Pemakaian bahasa dalam komunikasi dan interaksi antar sesame manusia secara tidak sadar dipengaruhi oleh budaya yang mereka pangku (Dardjowidjojo 2005:18). 

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dijelaskan oleh (Keraf 1991:3) yaitu (1) fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota masyarakat; (2) fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, dan tekanan-tekanan dalam diri pembicara; (3) fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat.

Selanjutnya, menurut Kinneavy (Chaer 2009:33), fungsi dasar bahasa yaitu (1) fungsi ekspresi, yaitu alat dalam melahirkan ungkapan batin yang disampaikan seorang penutur kepada orang lain. 

Bahasa menyatakan cara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita; (2) fungsi informasi, yaitu fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain; (3) fungsi eksplorasi, yaitu penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan; (4) fungsi persuasi (control sosial), yaitu penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik; (5) fungsi entertaimen, yaitu penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.

Kemudian fungsi bahasa yang disampaikan oleh (Abidin 2019:21--22), yaitu bahasa memiliki (1) fungsi ekspresif, yaitu pengungkapan ide, gagasan, dan pengalaman dari penulis yang dicurahkan dalam karya sastra, misalnya puisi; (2) fungsi estetis, yaitu bahasa digunakan sebagai media yang indah untuk menyampaikan pesan yang diwujudkan dalam karya sastra; (3) fungsi informatif, yaitu pemberian informasi kepada orang lain melalui komunikasi lisan maupun tulisan; (4) fungsi fungsional, yaitu bahasa dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu ataupun mempengaruhi orang lain; (5) fungsi imajiner, yaitu bahasa digunakan untuk mencurahkan berbagai bentuk daya khayal dari seseorang; (6) fungsi emosional, yaitu bahasa dapat membangkitkan emosi atau bahkan menggerakkan tingkah laku seseorang.

Selanjutnya Halliday memperinci fungsi bahasa dalam (Djojosuroto 2006:42--44; Tarigan 2015:8--9) yaitu (1) the instrumental function (fungsi instrument), yaitu bahasa melayani pengelolaan lingkungan, dan menyebabkan peristiwa-persitiwa tertentu terjadi; (2) the regulatory function (fungsi regulasi), bahasa bertindak mengawasi dan mengendalikan berbagai peristiwa; (3) the representational function (fungsi pemberian), yaitu penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, atau dengan kata lain menggambarkan, memberikan realitas yang sebenarnya; (4) the interactiuonal function (fungsi interaksi), yaitu bahasa bertugas menjamin dan memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi interaksional sosial. 

Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, certa rakyat, adat istiadat, tata krama pergaulan, dan budaya setempat; (5) the personal function (fungsi personal), yaitu memberikan kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekspersikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam; (6) the heuristic function (fungsi heuristic), yaitu penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam bentuk-bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban; (7) the imagination function (fungsi imajinatif), yaitu bahasa melayani penciptaan system-sistem atau gagasan yang bersifat imajinatif, misalnya cerita dongeng, novel, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, fungsi bahasa merupakan pembahasan yang luas dan dapat berkembang dan bisa jadi berbeda dari masing-masing ahli yang menyampaikan. Namun fungsi bahasa secara garis besar dapat disimpulkan yaitu (1) fungsi ekspresi; (2) fungsi informasi; (3) fungsi estetis; (4) fungsi imajinatif; (5) fungsi emosional; (6) fungsi persuasi / control sosial.

Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa atau language aquesition dapat diartikan sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) (Dardjowidjojo 2005:225). 

Pemerolehan bahasa berlangsung di dalam otak seorang pada saat bayi ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibu (Chaer 2009:167). Pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir berawal dari tangisan yang merupakan bentuk respon terhadap stimulus dari lingkungannya (Indah 2011). Language Acquiestion Device (LAD) telah dimiliki oleh setiap anak sejak lahir (Miller & Chomsky, 1957 dalam (Susanto 2017)).

Istilah pemerolehan bahasa (language aquesition) berbeda dengan pembelajaran bahasa (language learning) (Chaer 2009:167; Dardjowidjojo 2005:225). 

Dalam hal pemerolehan bahasa, pelajar bahasa tidak menyadari bahwa sedang berupaya memperoleh bahasa, walaupun dia tetap sadar sedang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi (Mustadi et al. 2021:16). Pembelajaran bahasa terjadi dalam keadaan sadar, dan dalam lingkungan yang lebih formal. 

Pemerolehan bahasa pertama merupakan proses pemrosesan input yang diterima dari bentuk yang sederhana hingga kompleks terhadap aturan-aturan bahasa yang diterimanya (Indah 2011). 

Bahasa kedua atau bilingualisme (B2) diperoleh setelah seseorang menguasai bahasa pertama (B1) dimulai dari penguasaan B2 yang secara bertahap meningkat sampai akhirnya menguasainya (Syaprizal 2019). Apabila ada bahasa ketiga (B3) maka dapat disebut sebagai multilanguage.

Proses pemerolehan bahasa merupakan kemampuan proses dalam berkomunikasi untuk menangkap, menggunakan dan menghasilkan kata untuk memahami (Purnomo 2019). 

Proses pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan komunikasi verbal anak yang terjadi sejak usia dini atau bayi. 

Cara merespon anak akan berkembang seiring kematangan mentalnya, dan kemudian anak akan terus menyimpan stimulus bahasa pada memorinya (Indah 2011). 

Tahapan pemerolehan bahasa menurut Mackey dalam (Purnomo 2019) antara lain, (1) umur 3 bulan, anak mulai mengenal suara manusia dengan ingatan sederhana; (2) umur 6 bulan, anak mulai mampu membedakan nada yang "halus" dan "kasar" sembari membuat vocal; (3) umur 9 bulan, anak mulai mampu mengucapkan bermacam-macam suara; (4) umur 12 bulan, anak mulai mampu membuat reaksi terhadap perintah; (5) umur 18 bulan, anak mulai mampu mengikuti petunjuk dengan beberapa kosa kata (biasanya sekitar 20) yang sudah dimiliki; (6) umur 2-3 tahun, anak pada usia ini sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana, serta mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana; (7) umur 4-5 tahun, pemahaman anak pada usia ini semakin mantap dan mulai belajar kalimat-kalimat yang agak rumit digunakan; (8) umur 6-8 tahun, anak mulai mampu memahami kalimat yang biasa dipakai oleh orang dewasa dalam sehari-hari.

Pada saat anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, terdapat dua proses menurut (Purnomo 2019) yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetisi merupakan sebuah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung tanpa disadari. 

Proses tersebut menjadi syarat terjadinya proses performansi yang melibatkan kemampuan untuk mengamati atau mempersepsi kalimat yang di dengar (pemahaman), dan kemampuan mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat (penerbitan). 

Kemudian proses internal yang terjadi dalam kemampuan berbahasa seperti yang dijelaskan oleh Dr. Enny Zubaidah, M.Pd. yang diadaptasi dari (Krashen 1982) terdapat pada gambar berikut.

Keterangan:

  1. Bahasa di dengar (oleh alat pendengaran)
  2. Otak memikirkan dan merasakan (dalam teori pengelolaan informasi)
  3. Diorganisir untuk dipilih yang baik ditiru atau diucapkan. Apabila tidak diorganisir maka ada kata tidak senonoh atau tidak baik.
  4. Diucapkan
  5. Dimonitor oleh memori

Selanjutnya, terdapat dua transfer dalam pemerolehan bahasa (Brown 2007:109--11) yaitu transfer positif dan transfer negative. Transfer positif terjadi ketika pengetahuan sebelumnya/terdahulu menunjang kegiatan pembelajaran, yaitu ketika item terdahulu diterapkan dengan tepat pada pembelajaran selanjutnya. 

Artinya bahwa B1 berpengaruh pada B2, misalnya kesamaan susunan kata demi kata, kata ganti orang, kosa kata. Transfer negative terjadi ketika performa sebelumnya mengganggu performa pembelajaran sesudahnya. Artinya bahwa B1 tidak memiliki pengaruh, atau justru mengganggu B2 apabila dipadukan dalam penggunaannya. Misalnya bahasa Indonesia tidak mengenal adanya bahasa kasta, tetapi dalam bahasa jawa dipengaruhi oleh bahasa kasta.

Studi tentang penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia adalah dibahas lebih mendetail dalam psikolinguistik. Dalam bahasa kali ini mungkin tidak akan dapat mendetail, namun beberapa poin penting dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran. Pengasuh dalam perkembangan bahasa anak memiliki peranan penting karena apa yang diucapkan pengasuh bisa menjadi bahan untuk seorang anak tiru.

REFERENSI

Abidin, Yunus. 2019. Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Arif, T. A. 2018. "Pengaruh SMS Dan Bahasa Gaul Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Makassar." Prosiding Seminar Nasional Administrasi Pendidikan & ... (1):262--82.
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa. 5th ed. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. 2nd ed. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra Dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.
Halliday, Michael, and Ruqaiya Hasan. 1989. Language, Context and Text: Aspects of Language in a Social-Semiotic Perspective. 2nd ed. United Kingdom: Oxford University Press.
Indah, Rohmani Nur. 2011. "Proses Pemerolehan Bahasa: Dari Kemampuan Hingga Kekurangmampuan Berbahasa." LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra 3(1):1--17. doi: 10.18860/ling.v3i1.570.
Keraf, Gorys. 1991. Diksi Dan Variasi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Krashen, Stephen. 1982. Principles and Practice in Second Language Acquisition. New York: Pergamon Press Inc.
Mustadi, Ali, M. Habibi, and Puguh Ardianto Iskandar. 2021. Filosifi, Teori, Dan Konsep Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Purnomo, Halim. 2019. "Intervensi Psikologis Pada Pemerolehan Bahasa Anak." Equalita: Jurnal Studi Gender Dan Anak 1(2):86. doi: 10.24235/equalita.v1i2.5486.
Susanto, Rochmat. 2017. "The Hypotheses of FLA and Children Language Development." Proceeding of 2nd International Conference of Arts Language and Culture 191--204.
Syaprizal, Muhammad Peri. 2019. "Proses Pemerolehan Bahasa Pada Anak." AL-HIKMAH Vol 1, No 2 1(2):75--86.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun