Mohon tunggu...
Ananda Rumi
Ananda Rumi Mohon Tunggu... profesional -

Journalist/writer/photographer/actor/musician/traveler

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mozaik Kita

13 Maret 2014   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesekali kita pergi ke rumah teman sekelas lain di ujung gang sebelah sana. Meminjam beberapa volume komik Doraemon, Dragon Ball, Kungfu Boy dan Conan. Uniknya, ketika kita membawa ke dalam kelas, komik tersebut disita oleh Bu Guru. Ada juga yang punya mainan Dingdong kecil yang digilir teman sekeliling kelas saat menunggu Bu Guru masuk.

Tapi jangan salah, teman-teman kita yang orangtuanya lebih berduit, punya Game Boy, ada juga yang menyebutnya Gamebot. Permainan monochrome dengan beberapa level tetris yang cukup sulit. Waktu pulang sekolah pun tak wajib langsung pulang ke rumah lebih dulu, terkadang kita sempatkan singgah ke rumah kawan yang punya Nintendo/Video Game/bahkan yang mereknya Sega lebih menarik minat. Karena kita bisa menjadi player karakter Sonic dan mengguling-gulingkannya dengan musuh besar pak tua naik pesawat dihiasi kumisnya yang panjang.

Tapi, sebagian dari kita lebih suka bermain Mortal Kombat III. Fatality! And Flawless Victory!  Yang paling laku itu Super Mario Bros. Player yang berhasil menyelamatkan tuan putri dan mengambil kampak di stage yang akrab di sebut “Neraka” kemudian membuat jembatannya runtuh hingga menjatuhkan raja kura-kura, maka ialah yang dinobatkan menjadi paling hebat di antara player lainnya. Terserah kamu mau pakai karakter Mario atau Luigi.

Saat masa remaja tiba, koin-koin telepon umum semakin laku untuk pendekatan di telepon umum. Demikian juga wartel, terkadang kita harus rela mengatre demi pendekatan dengan si doi. Salah-salah, yang mengangkat telepon malah bapaknya. Ya sudah, kita berkumpul di rumah. Bermain Monopoli, Ular tangga, bahkan kartu Hologram. Dan jangan lupa yang memiliki koleksi gambar terbanyak, dialah yang paling jago bermaun “ambung” dan “kompak”. Bela-belain beli yang baru supaya terlihat banyak. Kartunya masih baru belum ada lipatan. Masalahnya, belum lagi bungkus dibuka, Bu Guru sudah merazia di sekolah. Dan hilanglah semua gambar-gambar baru kita yang masih terbungkus dengan rapinya. Masih bau kertas cuy, belum bau keringat.

Ketika musimnya sampai, waktunya minta duit dengan orang tua buat beli mobil mainan Tamiya. Apapun merknya, mau Auldey, Double Diamond, atau apalah namanya, kita cuma tahu, itulah Tamiya. Sampai rela komik Yonkuro dijadikan buku panduan dan tak pernah bisa meninggalkan satu episode pun di TVRI. Tak ada yang paling hebat selain Super Emperor. Beli Tamiya yang murah saja, tak perlu kelas pro, yang penting dimodifikasi supaya kencang larinya. Tapi karena lupa waktu, ibu dan ayah terpaksa menjemput di trek lapangan tamiya yang banyak orang. Sebelum pulang, sempatkan jajan wafer coklat Superman, coklat Musang, dan Permen Jagoan Neon biar lidah kita pada berwarna.

Kita juga sempatkan mengisi waktu istirahat sekolah atau sepulang sekolah singgah ke pasar. Tak ada tujuan lain selain membeli poster bermerek Gunung Kelud. Gambarnya pun bermacam-macam. Sebagian kawan lebih memilih gambar Satria Baja Hitam, RX Bio, atau RX Robo. Jarang sekali yang beli poster artis. Pun jikalau ada, yang paling tenar hanya grup musik semisal Slank, Sheila on 7, dan Dewa 19. Itu lagu lebih pas untuk kaum orang tua kita waktu itu.

Yang paling laku itu cemilan berbentuk net merek Fuji, atau tic-tic, Taro, Kenji, apalagi kalau ada hadiahnya. Terus makan cemilan Mie Anak Mas. Setelah habis mie kering tersebut, bumbu yang menempel dibungkusnya pun dijilatin sampai habis.

Kalau hari Minggu tiba, bangunnya pagi sekali, lebih pagi dibandingkan hari masuk sekolah. Siap-siap buat nonton Doraemon, Detektif Conan, Ninja Hatori, Satria Baja Hitam RX, Dragon Ball, Saint Seiya, Gundam, Ranma 1/3, P-Man, sampai tempo Pokemon, Digimon, dan anime jepang lainnya.

Padahal dulu paling ingat waktu petang tiba ada serial kartun, lebih mirip boneka lilin, adegan roket yang ada nomornya, 1, 2, 3, dan 4, ah, aku tak ingat apa judulnya, dan kartun pendekar berpedang symbol kepala macan, Thundercats, di TVRI. Bahkan bela-belain beli pedang-pedangan berlambang singa itu di pasar.

Tak ketinggalan Power Ranger. Ranger apa favoritmu dulu? Aku suka Ranger Biru!  Bicara soal Ranger, kita paling hapal namanya dan warnanya, siapa tahu nama Ranger warna Pink, hayooo??? Lalu siapa coba yang paling tergila-gila dengan Jason??? Bahkan jam istirahat rebutan mau jadi Ranger Merah. Suka tak suka, kita paksakan yang berperan Ranger Merah ada dua. Karena teman yang paling keras hati memang tak pernah mau mengalah.  Kita adalah yang paling ingat kekuatannya, dan paling benci kalau robotnya belum datang. Tapi semua sudah tahu ending para Ranger itu, si musuh pasti kalah kalau semua robot binatang itu bersatu menjadi raksasa dan bergabung mengalahkan monster jahat. Jahat sekali. Dan ledakan mengakhiri episode Power Ranger hari ini.

Hari Senin pun tiba, siap-siap berangkat ke sekolah dengan sepatu yang ada lampu menyala di bagian tumit. kalau tidak punya sepatu PRO ATT, jangan harap dibilang gaul sama kawan-kawan. Jangan lupa pula pakai jam tangan merek G-Shock. Kalau dinyalakan gambarnya lumba-lumba. Anti air, katanya. Lalu seting alarm saat pelajaran di kelas berlangsung. Biar dibilang ada panggilan dari Jordan bahwa Power Ranger siap beraksi. BERUBAH.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun