Mohon tunggu...
Misbahul Anam
Misbahul Anam Mohon Tunggu... Guru - Guru swasta dan terus belajar

Change Your Word, Change Your World

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Wisudawan Berkursi Roda

14 April 2012   15:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CPU (central Processing Unit) supercanggih yang dipunyai manusia ada di kepala kita, yaitu otak. Dengan bobot kurang lebih 1,5 kg. CPU buatan Tuhan ini tak akan ada orang yang mampu membuat tandingannya hingga berakhirnya peradaban semesta raya. Menurut para ilmuwan, otak terdiri dari sel-sel fungsional atau neuron yang jumlahnya diperkirakan 100 miliar, dan 5 triliun sel pendukung atau neurologia pada orang yang mencapai usia 18 tahun. Semua sel otak manusia memiliki jenis yang berbeda satu sama lain, yakni sekitar 50 juta.

Kekayaan manusia yang tak ternilai harganya itu banyak yang tidak menyadarinya, bahwa telah didapatkannya secara gratis dari Allah, Tuhan semesta alam. Banyak di antara kita tidak memaksimalkan fungsi CPU di dalam kepala kita itu karena kekurangtahuan atau karena kurang bersyukur seseorang  terhadap penciptaan Tuhan atas manusia yang benar-benar makhluk terbaik di seantero jagat (ahsani taqwim), dari yang kasat mata maupun yang tidak terlihat.

Pengelolaan dan pemanfaatan fungsi otak salah satunya ada pada kegiatan seseorang pada bidang akademik (pendidikan). Pada bidang ini bisa dikatakan fungsi otak kita akan bekerja lebih banyak dari pada aktivitas lain, pemanfaatan fungsi otak juga jauh lebih maksimal. Sebagaimana kita ketahui bahwa aktivitas pendidikan adalah manajemen pengelolaan pola pikir dan perilaku seseorang untuk mencapai perubahan diri dari kekurangan menjadi lebih fungsional, baik aspek jasmani maupun aspek rohani. Oleh sebab yang kita kelola adalah manusia yang menggunakan akal dan pikirannya, maka menjadi maksimal fungsi dan kinerja otak kita.

Berkaitan dengan inilah Nabi memerintahkan kaumnya untuk belajar sepanjang hayat, sejak dari ayunan sampai liang kubur. Dalam keadaan longgar maupun kesempatan yang kurang, dalam kondisi sehat maupun dalam keadaan sakit. Sebagai illustrasi mungkin saya bisa memberi sedikit gambaran dengan nuansa suasana Wisuda Sarjana ke-48 Universitas Muria Kudus pagi hingga siang hari tadi.

[caption id="attachment_181930" align="aligncenter" width="400" caption="Para Wisudawan FKIP sedang Pose Bersama Dekan"][/caption]

Acara perhelatan pengukuhan atas selesainya studi seorang mahasiswa pada Perguruan Tinggi biasa diadakan upacara pemindahan koncer pada topi seorang sarjana. Hiruk-pikuk dan suasana gembira hampir terasakan oleh semua calon sarjana beserta keluarga besarnya yang mengikuti acara Wisuda Sarjana ke-48 Universitas Muria Kudus. Tak terkecuali saya, istri dan adik-adik yang tidak henti-hentinya mengumbar senyum pada setiap kesempatan sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia karena adik saya akan mengakhiri studinya dengan mengikuti acara ritual Wisuda sarjana pada Sabtu, 14 April 2012 di Auditorium UMK.

[caption id="attachment_181929" align="aligncenter" width="400" caption="Noor Faizah (adik saya, memakai toga)"]

13344173651959742153
13344173651959742153
[/caption]

Sebelum dimulai, hampir semua ke-355 wisudawan yang terdiri dari  dari 32 sarjana magister (S2), 307 sarjana (S1), dan  16 sarjana muda (D3) menyiratkan kegembiraan yang tiada tara. Dari berfoto-ria senarsis mungkin sampai yang berpose bersama keluarga dan anak-anak mereka.

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah adanya seorang wisudawan yang kehadirannya dengan kondisi yang berbeda dari kawan-kawannya. Sementara hampir semua sudah siap mengikuti prosesi kirab, wisudawan ini baru memasuki halaman dengan kendaraan yang parkir hampir menyentuh barisan kirab. Ada apa gerangan? ternyata yang keluar duluan bukan penumpang dari dalamnya akan tetapi sebuah kursi roda. Trenyuh rasanya hati ini melihat kondisi badan seorang wisudawan saat itu.  Meski diliputi perasaan kasihan, terbersit juga di benak saya betapa semangat yang tinggi mengalahkan kelemahan fisik yang mendera. Entah apa penyebab sakitnya, yang pasti saya tidak ingin tahu alasan kenapa kondisinya seperti itu, akan tetapi yang lebih utama adalah tekad dan semangatnya.

[caption id="attachment_181928" align="aligncenter" width="400" caption="Agus Siswanto (dok. pribadi)"]

1334417173355588830
1334417173355588830
[/caption]

Mahasiswa wisudawan berkursi roda itu mengikuti prosesi sebagaimana teman-teman yang lain dengan dibantu adik lelakinya. Acara berlangsung cukup melelahkan juga karena berbagai sambutan silih berganti sampai akhir acara. Sebelumnya pemanggilan satu persatu wisudawan untuk maju menjalani pemindahan Tali Koncer dari sisi kiri topi ke sebelah kanan sebagai pertanda peresmian sebagai seorang sarjana. Sampailah pemanggilan kepada salah seorang dengan nama Agus Siswanto untuk maju. Aplaus menggema di seantero auditorium memberikan penghargaan kepada nama yang dipanggil tersebut. Mendengar itu saya yang semula nunggu santai di luar tak sabar untuk segera melihat ke dalam, ada apa gerangan? Ternyata Agus Siswanto yang dipanggil tersebut adalah wisudawan yang berkursi roda yang saya perhatikan tadi. Luar biasa semangat belajarnya sehingga secara reflek teman-teman dan para tamu undangan serentak memberi hadiah tepuk tangan yang panjang sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun