(Haniffiati, Maulidia, Maulida/Ilmu Komunikasi USK-2021)
Masifnya penggunaan media sosial saat ini diduga menjadi faktor utama meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan muda. Tren bundir acapkali dianggap keren di beberapa kalangan yang fomo. Namun, untuk mengatasi hal ini, tentunya diperlukan upaya edukasi, peningkatan literasi digital, serta pengembangan sistem dukungan kesehatan mental yang lebih komprehensif.
Keterlibatan berbagai pihak selain keluarga, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, sangat penting untuk mengurangi dampak negatif media sosial terhadap kasus bunuh diri. Adanya paparan konten negatif yang membahas atau menggambarkan bunuh diri turut memicu pemikiran serupa pada penggunanya, terutama mereka yang sedang mengalami masalah mental.
Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu perasaan terisolasi dari lingkungan sosial yang dapat menimbulkan prilaku intimidasi dan pelecehan secara verbal di media sosial. Minimnya interaksi tatap muka dan dukungan sosial yang nyata dapat membuat seseorang merasa kesepian dan tidak memiliki tempat untuk berbagi masalah.
Gangguan tidur yang juga kerapkali menghampiri jika menggunakan sosial media melebihi batas wajar sehingga dapat mengganggu kualitas tidur yang merupakan faktor penting untuk kesehatan mental yang berujung pada ketergantungan yang kompulsif atau adiktif sehingga kasus bunuh diri terus bertambah.
Bunuh diri adalah topik yang kompleks dan perlu dibahas dengan hati-hati sehingga diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak dan perlunya pendekatan holistik dan komprehensif untuk meminimalkan risiko bunuh diri yang terkait dengan penggunaan media sosial.
