Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Model Pembelajaran Flipped Class Room, Masihkah Relevan?

24 Januari 2023   04:51 Diperbarui: 24 Januari 2023   05:12 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski memiliki persamaan dengan Blended Learning- sama-sama menggunakan tehnologi informasi- namun banyak kalangan menilai jika Flipped Class room lebih gampang diimplementasikan oleh guru. 

Dalam Blended Learning garis batas antara teori belajar behaviorisme dan constructivisme berada di wilayah abu-abu alias tidak jelas dan tegas. Berbeda dengan flipped classroom yang memberikan gambaran yang sangat jelas dimana domain untuk implementasi teori belajar behaviorisme dan domain implementasi teori belajar constructivisme. 

Segregasi ini memberikan pengaruh besar terhadap guru untuk mengimplementasikan flipped classroom. Pertama garis tegas aliran teori belajar pada Flipped Class room akan mempermudah guru untuk merancang dan menentukan set belajar. 

Kedua, Fipped Class room bisa mengakomodir guru-guru yang memiliki kemampuan penguasaan tehnologi informasi tingkat dasar. Sebab, sumber belajar tidak mutlak harus berbasis realtime atau online.

 Lantas apakah keunggulan dan kelemahan MP Flipped Class room?

Sumber belajar utama MP Flipped Class room adalah Video, maka ketika siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi, maka ada kesempatan untuk memutar ulang materi tersebut sehingga siswa dapat menyesuaikan irama pembelajaran dengan kemampuan, waktu yang tersedia serta suasana psikologisnya. 

Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah maka secara tidak langsung siswa dituntut untuk belajar mandiri, rajin melakukan komunikasi dan berkolaborasi dengan teman sejawat. 

Dengan demikian, proses pengembangan keterampilan abad 21 dengan 4 C akan berjalan. Selain itu, siswa juga dapat meminta bantuan orang tua atau kerabat yang lain untuk memahami materi mengingat materi bersifat terbuka. 

Proses belajar bisa dilakukan dimana saja sepanjang tersedia piranti tehnologi digital seperti Gadget, Laptop maupun piranti lainnya yang dilengkapi dengan jaringan internet.

Video yang di"share" oleh guru selain bisa diambil dari berbagai sumber seperti Youtube, Rumah Belajar, juga bisa dibuat oleh guru. Maka dibutuhkan kemampuan guru untuk mengedit, membuat video yang sesuai dengan standar. 

Nah, sepertinya pada titik inilah kelemahan sebagian guru kita. Jangankan membuat video, hanya sekedar download video dari sejumlah sumber mareka masih kalang kabut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun