Mohon tunggu...
Ana Dwi Itsna Pebriana
Ana Dwi Itsna Pebriana Mohon Tunggu... Editor - Read, Write, Proofread

Mahasiswi baper dan doyan curhat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Tuhan dan Umat yang Maha Benar

24 Juli 2019   14:15 Diperbarui: 24 Juli 2019   15:29 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nulampung.or.id

Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa bisa saja Allah berkuasa untuk membuat manusia mengikuti jalan yang telah ditentukan-Nya. Namun, Dia tegaskan tak akan melakukan hal itu sebagaimana sindiran halusnya dalam surah Yunus [10]: 99, "Apakah kamu hendak memaksa manusia hingga mereka beriman semuanya?"

Memang, seseorang bisa saja memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang bersifat fisik, namun mustahil ia bisa memaksa seseorang untuk mengimani atau mengingkari sebuah kepercayaan yaitu agama.

Dalam Tafsir Al-Quran al-'azhim yang diterjemahkan Bahrun Abu Bakar (2006:43), menyebutkan bahwa diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas tentang seorang lelaki Anshar dari kalangan Bani Salim ibn Auf bernama Husain. Ia memiliki dua anak yang beragama Nasrani. Lalu ia mengadu pada Nabi dengan bertanya, "Apa saya perlu memaksa mereka untuk memeluk Islam?" Kemudian, turunlah surah Al-Baqarah [2]: 256 sebagaimana di muka, bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam.

Quraish Shihab juga pernah mengatakan bahwa Islam berarti damai dan Dia (Allah) menghendaki kedamaian bagi kita. Karenanya, Dia tak mau memaksa, sebab kedamaian tak bisa diraih oleh jiwa yang terpaksa. Allah juga tentu Mahatahu bahwa sebenarnya kita ingin sekali setiap orang masuk dalam jalan keselamatan yang kita yakini adalah Islam. Namun, bila demikian, dari mana kita akan belajar untuk saling menghargai?

Kalau masih saja tak rela dengan keputusan Salmafina atau yang lainnya, kita juga seharusnya melakukan evaluasi bersama. Apa yang menyebabkan mereka memilih keluar dari agama Islam? Khawatir karena banyaknya perilaku umat Islam yang tidak membuatnya nyaman, mudah menghakimi tanpa bukti, misalnya. Mudah menasihati, tanpa mau mendengar nasihat, dan sebagainya.

Karena kita tak tahu pasti ajaran agama mana yang betul-betul sesuai dengan tuntunan-Nya. Selama ini kita hanya menjalani sebatas yang kita tahu dan yakini. Tak perlu mudah menghakimi apa yang orang lain jalani. Mereka punya alasan pribadi dan jalan hidup yang sudah mereka rancang sendiri.

Pada akhirnya, daripada sibuk berkomentar perihal iman orang lain, lebih baik kita berbenah memperbaiki iman kita dalam hati yang masih jauh dari kata taat pada Ilahi. Dengan harapan, semoga Tuhan yang Mahabenar, senantiasa mengampuni hamba-hamba-Nya ini.

Wallahu 'alam bi-shshawaab..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun