Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Warisan SBY Sungguh “Melimpah”

20 Juli 2014   04:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM sebuah postur anggaran dan dalam pengelolaan ekonomi bangsa, baik itu APBN maupun APBD, jika dalam pelaksanaannya mengalami beberapa defisit maka itu adalah indikator yang cukup jelas betapa buruknya kinerja pemerintahan yang bersangkutan.

Dan sepanjang pemerintahan SBY (selama dua periode) hingga jelang akhir masa jabatannya selaku presiden, defisit adalah hal yang sangat sering terjadi secara beruntutan.

Sayangnya, sejauh ini rakyat di lapisan bawah tidaklah banyak tahu tentang defisit tersebut. Sebab sebagai indikator buruk dari kinerja yang ditampilkan oleh pemerintahan SBY, informasi dan pemahaman seputar defisit tersebut tentunya sangat sedikit diekspos di media cetak maupun elektronik.

Kalau pun ada info atau berita tentang defisit yang sedang dialami pemerintah, maka itu pasti tak seheboh dengan berita politik, misalnya tentang partai politik dan pemilihan presiden seperti saat ini, di mana setiap isu-nya selalu sengaja “dikeroyok” secara massal di ruang publik, padahal di dalamnya lebih banyak dipenuhi bualan-bualan.

Meski begitu, Dr. Rizal Ramli selaku mantan Menko Perekonomian sekaligus sebagai ekonom senior di negeri ini merasa perlu untuk senantiasa mengingatkan kepada publik tentang kondisi perekonomian bangsa, termasuk tentang defisit dan dampak buruk yang akan ditimbulkannya.

Rizal Ramli yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan di era Presiden Gus Dur itu tak henti-hentinya mengingatkan, bahwa sepanjang pemerintahan SBY (hingga kini) sudah terjadi empat defisit (Quarto-Deficit).

Pada akhir April 2014, misalnya. Anggota panel ekonomi di badan dunia (PBB) ini kembali mengungkapkan terjadinya quarto defisit, dilansir sayangi.com. Yakni, defisit neraca perdagangan sebesar US$ 6 Miliar; defisit neraca pembayaran US$ 9,8 Miliar; defisit balance payment US$ 6,6 Miliar; dan defisit APBN.

Dalam “bahasa” Rizal Ramli, defisit-defisit itu membuat Indonesia berada dalam status “lampu kuning”. Dan jika itu terjadi, kemudian sulit diatasi, maka menurutnya, Indonesia akan sangat memungkinkan masuk ke status yang lebih parah (lampu merah), seperti yang pernah terjadi pada saat Indonesia mengalami krisis moneter, 1998 silam.

Tentang status “lampu kuning” itu pula Rizal Ramli kembali menulis tweet dalam akun miliknya (@RamliRizal).bahwa “SBY wariskan ekonomi RI ‘lampu kuning’, quarto deficit (trade, BOP, CA, Budget). Rupiah terus tertekan. Siapapun presiden harus potong itu.”

Anehnya, defisit-defisit tersebut juga tak kunjung bisa “ditambal” meski Indonesia terus menambah utang luar negeri secara melimpah.

Dari laporan Bank Indonesia (BI) menyebutkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2014 tercatat sebesar US$ 283,7 Miliar. Angka ini naik 9,7 persen dibandingkan posisi Mei 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun