Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dedy Corbuzier dan Fenomena Konversi Agama

22 Juni 2019   14:42 Diperbarui: 25 Juni 2019   16:50 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah jagat twitter trending seputar beberapa dagelan persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi, jumat siang twitter trending dengan #DedyCorbuzier sebanyak kurang lebih 10 ribu twit yang menyambut pembacaan ikrar syahadatain seorang mentalis Dedy Corbuzier yang dituntun langsung oleh KH. Miftah Maulana Habiburrahman atau kerap disapa Gus Miftah sang guru spiritual Dedy.

Sebelumnya,  pengucapan syahadat Dedy rencananya akan disiarkan langsung pada program televisi yang ia bawakan, namun hal ini terbentur  aturan KPI dan akhirnya batal untuk disiarkan langsung, pembacaan ikrar syahadatain itu akhirnya digelar di Masjid Al Mbejaji di komplek Pondok Pesantren Ora Aji asuhan Gus Miftah. 

Adalah fenomena yang lumrah terjadi dalam kehidupan beragama kita, adanya fenomena konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terlepas apapun yang melatarbelakangi hal itu. Namun, hal yang sangat disayangkan adalah ketika fenomena itu diblow up secara berlebihan sehingga menimbulkan banyak persepsi publik.

Mengutip twit dari Muhsin Labib bahwa "Konversi keyakinan adalah hak asasi, tapi pembesaran berita seputar itu dikhawatirkan tak mendukung upaya peredaan ketegangan dalam masyarakat plural karena tak sedikit "pendatang baru" menjadi ekstremis dan fanatik melebihi "incumbent". 

Tentu siapa yang tidak tahu dengan Felix Xiau, atau Bunda Irene Handono yang notabene seorang mualaf yang terlanjur 'ditokohkan' oleh sekelompok orang yang kemudian menulis buku tentang kesesatan dan kesalahan agama terdahulu atau mengeluarkan statement untuk meruntuhkan kesucian agama terdahulu. Meninggalkan bangunan untuk mencari cahaya tidak harus menghancurkan bangunan sebelumnya. 

Hal-hal yang tidak perlu semcam itu yang seharusnya ditinggalkan, keraguan jutru di alami oleh mereka yang gembar-gembor merasa paling benar sembari menyalahkan yang lain, akan tetapi hakikat keyakinan adalah diam diri dalam kepercayaan dan istiqomah mencari sejatinya Tuhan.

Al Hujwiri mengatakan: Bila engkau menganggap Allah ada hanya engkau yang merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir. Allah tidak perlu disesali kalau "Ia menyulitkan" kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang menyerang hakikat-Nya. Yang ditakuti berubah adalah persepsi manusia atas hakikat Allah, dengan kemungkinan kesulitan yang diakibatkannya. 

Terlalu bangga dengan kuantitas pengikut, akan tetapi yang berkualitas semakin surut terbawa arus propaganda jihad dengan hadiah surga dan 72 unit bidadari di dalamnya. Sebagaimana kata Gus Dur dalam tulisannya yang dimuat dalam harian Kompas pada 21 November 1998 bahwa "hanya islam dalam namanya saja. Mereka dilahirkan, dikhitan, dikawinkan dan dimakamkan dengan cara Islam. Selebihnya, mereka tidak tahu apa-apa tentang Islam".

Kesadaran 

Ketika ada orang non-muslim yang ikrar syahadat, banyak yang mendoakan agar istiqomah dan semacamnya, tetapi ketika ada seseorang memutuskan diri untuk meninggalkan islam (murtad. red) tidak sedikit pula yang mencercanya.

Hal itu juga terjadi sebaliknya, ketika Dedy memutuskan untuk memeluk islam, banyak umat kristiani menyayangkan hal itu dan dianggap telah meninggalkan Kasih Tuhan. 

Banyak yang terlalu fokus dengan Dedy Corbuzier, pun juga jangan melupakan mereka yang memutuskan untuk murtad yang kemudian dibenci oleh keluarganya seperti Asmirandah, Lukman Sardi atau Nafa Urbach, tiga nama tersebut adalah salah satu contoh dimana kesadaran dalam substansi kebebasan beragama mulai runtuh. Bagiku agamaku, bagimu agamamu adalah narasi yang dibangun atas dasar tidak ada sebuah paksaan dalam memeluk suatu agama termasuk di dalamnya pindah agama. 

Kesadaran dalam beragama sejatinya penting untuk mengolah pola pikir bagaimana fenomena konversi agama dinilai sebagai hal yang wajar dan sah-sah saja.

Ritual keagamaan dijalankan tidak untuk memenuhi syarat sebagai calon penghuni surga, tetapi untuk memenuhi pengabdian semata sebagai hamba dan tidak ada niat terselubung untuk mencari hadiah berupa surga dengan modal amal ibadah yang juga belum tentu diterima, karena hal itu adalah hak preogratif Tuhan dan tidak bisa di intervensi oleh apapun dan siapapun. 

Semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kembali kepada pengikutnya mau berbuat baik atau tidak, nilai-nilai luhur agama sejatinya sudah terkonsep dengan baik dan menjadi pijakan dalam menjalankan kehidupan baik sosial maupun spiritual, demikian juga dengan dosa-dosa kolektif yang terlanjur dilakukan, Tuhan memberikan pengampunan dengan sifatnya yang Maha Pengampun. 

Cukuplah dan tidak usah berebihan memandang fenomena ini dan berhenti untuk mencerca siapapun pelakunya. Mereka sejatinya sedang dalam pengembaraan mencari cahaya yang belum mereka temui, karena iman cukup dalam hati dan tidak usah dipublish untuk mendapat simpati. Yaa Muqollibal Qulub, tsabbit Qalbi ala Diinika, wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkan hati kami atas Agama-Mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun