"Sebuah masyarakat tanpa seni adalah masyarakat yang tidak memiliki jiwa." Herbert Read.
Heterospace, sebuah ruang kreatif di jantung Banyumas, menjadi saksi pergerakan sunyi yang menggeliat dalam diam. Workshop Zine oleh D.U.G Press, sebagai bagian dari agenda pra-Event Banyumas International Literacy Festival (BILFest) adalah bukti nyata bahwa literasi bukan hanya soal aksara, tetapi soal jiwa yang gelisah.
Di tengah riuh rendah budaya digital, Zine adalah perlawanan. Ia adalah media yang tidak tunduk pada algoritma, yang tidak menjilat kehendak massa. Di ruang inilah para peserta, dari beragam latar belakang, datang untuk belajar. Bukan sekadar belajar mencoret dan merangkai kertas, tetapi memahami makna kebebasan berekspresi.
Workshop ini lebih dari sekadar teknis. Ya, peserta mendapatkan inspirasi, trik, dan tips membuat Zine. Mereka belajar tentang teknik layout sederhana, memilih topik yang personal, hingga cara mereproduksi Zine dengan metode DIY. Tetapi lebih dari itu, mereka diajak memahami filosofi Zine sebagai media perlawanan dan ekspresi bebas.
BILFest melalui workshop Zine ini menegaskan satu hal: gerakan literasi di Banyumas bukan sekadar basa-basi, tetapi sebuah percikan api yang menyala. Sebuah bukti bahwa di tengah perubahan zaman, masih ada ruang bagi kebebasan berpikir dan berekspresi. Dan Banyumas menjadi altar di mana api kecil itu terus dijaga agar tidak padam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
