Mohon tunggu...
Neo Amroni
Neo Amroni Mohon Tunggu... Indonesia

karena melamun mendekati berpikir

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Membaca Sebagai Perlawanan, Berkarya Sebagai Kemerdekaan: Ketika BILFest Bertemu Rektor UMP

16 Mei 2025   13:48 Diperbarui: 16 Mei 2025   13:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim BILFest & Rektor UMP

Di sebuah ruang yang tak hanya diisi meja dan kursi, tapi juga ide dan keberanian, panitia Banyumas International Literacy Festival (BILFest) duduk berhadapan dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tapi ini bukan pertemuan administratif. Ini adalah konfrontasi intelektual---dalam makna terbaiknya: membuka ruang kolaborasi demi satu perkara besar yang selama ini kerap dilupakan negara---literasi.

Dalam suasana yang akrab tapi sarat gagasan, tak dibicarakan proyek, tak dirancang anggaran. Yang dibahas adalah kemungkinan. Tentang bagaimana sebuah universitas, sebagai benteng terakhir akal sehat, bisa bergandeng dengan sebuah festival, yang berangkat dari keresahan, bukan kekuasaan.

BILFest hadir bukan sebagai acara, tapi sebagai pernyataan. Bahwa membaca adalah bentuk perlawanan, dan berkarya adalah bentuk kemerdekaan. Maka ketika semangat "Setara Membaca, Merdeka Berkarya" diucapkan, itu bukan slogan. Itu adalah kritik terhadap sistem yang terlalu lama memperlakukan pengetahuan sebagai komoditas, bukan hak.

Rektor UMP menyambut gagasan ini bukan sebagai pejabat, tapi sebagai pemikir. Ia melihat BILFest bukan sekadar agenda kultural, tapi momentum epistemologis---bagaimana daerah bisa bicara ke dunia, bukan lewat kekuasaan, tapi lewat pengetahuan.

Kolaborasi pun dibayangkan. UMP bukan hanya akan menjadi tempat, tapi juga simpul. Mahasiswa bukan hanya akan hadir, tapi juga berpartisipasi. Dosen bukan hanya akan mengisi, tapi juga mengganggu: menggugat, menggali, menggubah. Literasi tak lagi diajarkan, tapi dihidupi.

Karena pada akhirnya, yang ingin dicapai BILFest bukan banyaknya buku yang dibaca, tapi tumbuhnya kesadaran untuk berpikir. Sebab yang berbahaya bukan rakyat yang tak bisa membaca, tapi rakyat yang membaca tanpa berpikir.

Banyumas tak sedang ingin terkenal. Ia ingin bermakna. Dan dalam pertemuan ini, kami tahu: jalan menuju makna itu, dimulai dari keberanian untuk duduk bersama---berpikir, bertanya, dan menyusun masa depan di luar skrip negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun