Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Vice President Procurement EPC dan Investasi PT Nindya Karya, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Flash Fiction ; Nada yang Hilang

15 Juni 2025   08:35 Diperbarui: 15 Juni 2025   08:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemuda bermain piano (sumber Gemini AI)

Dio menciptakan lagu untuk Raline, gadis pemilik piano putih di rumah besar ujung jalan. 

Mereka bertemu di les musik, ketika Dio hanya siswa magang dan Raline anak pemilik yayasan.

Mereka sering mencuri waktu di ruang latihan. Jari Dio di gitar, jari Raline di tuts piano. 

Harmoni yang tak pernah salah, sampai akhirnya ibunya tahu.

"Aku tidak menyekolahkanmu untuk jatuh cinta pada orang kecil," katanya pada Raline.

Setelah itu, Raline menghilang. Tak datang ke les. Tak membalas pesan.

Malam itu, Dio tampil di konser kecil. Lagu yang ia ciptakan untuk Raline dimainkan.

Di antara penonton, tak ada Raline. Tapi seseorang meletakkan satu bunga mawar putih di kursi kosong paling depan, dan secarik kertas:

Aku dengar nadamu. Maaf aku tak bisa jadi bagian dari lagumu.

Dio terus menyanyi. Karena meski hati kosong, lagu harus tetap selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun