Lihat ke Halaman Asli

Sebuah kata Bernama Cinta

Diperbarui: 20 Juli 2025   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Nicolas Poussin - photo Shonagon 2024-02-15, Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=15

Ada perasaan yang datang tanpa nama. Ia tiba begitu saja, di suatu sore yang biasa, saat sedang menyeberang jalan atau menatap awan dari jendela. Tiba-tiba. Sesuatu di dalam dada terasa berdesir, hangat, dan sedikit menakutkan. Jantung berdetak.

Dunia yang tadinya berwarna biasa, mendadak jadi lebih tajam, lebih hidup, seperti ada yang memutar tombol saturasi warna hingga maksimal. Dan di pusat semua itu, ada satu wajah. Satu sosok. Satu cara ia tersenyum, atau mengerutkan kening.

Lalu kita panik. Kita butuh nama untuk perasaan asing yang membingungkan ini.

Kita merogoh-rogoh ingatan, membongkar-bongkar perpustakaan batin, mencari di kamus yang kita kumpulkan seumur hidup. Kamus itu tak tercetak. Isinya serpihan-serpihan dari lagu Asmara yang kita dengar di radio, dari novel roman picisan yang kita baca sembunyi-sembunyi, dari film-film yang membuat kita menangis di bioskop yang gelap.

Dari semua sumber itu, ada satu kata yang paling sering muncul untuk gejala-gejala seperti ini. Sebuah kata yang agung, puitis, dan terasa pas.

Cinta.

Maka kita pinjam kata itu. 'Cinta'. Dipakai saja dulu, rasanya seperti baju pinjaman, sedikit longgar di bahu. Ada harap, nanti lama-lama pas juga di badan.

Tapi malam-malam sepi selalu datang membawa keraguan. Ini... benarkah ini cinta? Cinta yang sama seperti di dongeng-dongeng, yang berakhir dengan "bahagia selamanya"? Ataukah cinta seperti dalam sajak-sajak Rumi, yang membakar dan melampaui akal?

Atau jangan-jangan hanya cinta versi lagu pop, yang polanya mudah ditebak dan refrennya diulang-ulang?

Jangan-jangan perasaanku ini hanya salah satu variannya. Atau jangan-jangan justru lebih dahsyat, dan kata itu terasa terlalu sempit untuk mewadahinya. Kita memakai label orang lain untuk sebuah perasaan yang terasa begitu personal, begitu orisinal. Sebuah paradoks yang mengganggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline