Kita pasti mengenal kompor sebagai piranti utama untuk memasak sehari-hari. Hampir semua rumah tangga menggunakannya untuk memasak. Akan tetapi, ada satu alat lagi yang bisa digunakan untuk memasak makanan, yaitu oven. Meskipun mempunyai sejarah panjang, penggunaan oven untuk memasak tidak sepopuler kompor di Indonesia. Salah satu sebabnya adalah metode memasak makanan Indonesia kebanyakan melalui proses menggoreng atau merebus. Dua metode memasak tersebut kurang cocok jika menggunakan oven.
Definisi dan Karakteristik Oven
Secara definisi, oven adalah ruangan atau kompartemen tertutup yang digunakan untuk memasak atau memanggang makanan dengan menciptakan ruangan dengan intensitas panas tinggi yang bisa diatur. Di awal sejarahnya, sumber panas oven berasal dari pembakaran kayu, arang, atau batubara. Oven modern saat ini umumnya menggunakan listrik atau gas sebagai sumber energinya. Dalam artikel ini, saya batasi pembahasan untuk oven dengan sumber energi listrik saja.
Oven mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan piranti masak lain, terutama kompor, yaitu:
- Ruangan tertutup. Oven mempunyai rongga sebagai tempat meletakkan bahan makanan yang akan dimasak. Rongga ini harus dalam kondisi tertutup rapat saat beroperasi agar udara panas tidak keluar sehingga proses memasak berlangsung dengan baik.
- Metode memasak. Oven lebih cocok digunakan untuk memasak dengan metode panggang, tidak seperti kompor yang untuk menggoreng dan merebus.
- Pengaturan panas. Oven menghasilkan panas yang intens di dalam rongganya dan pada umumnya bisa diatur tingkat panasnya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, teknologi pada oven pun juga berkembang. Pada awalnya proses perpindahan panas hanya mengandalkan radiasi. Namun, saat ini beragam sistem pemanasan baru bermunculan. Kita akan sistem tersebut bahas satu persatu.
Oven Konvensional (Conventional Oven)
Konvensional disini mengacu pada cara "tradisional", maksudnya adalah metode pemanasannya hanya mengandalkan radiasi panas dari elemen pemanas yang terdapat pada bagian atas dan bawah ruang oven sebagaimana oven generasi awal. Tidak ada alat bantu lain untuk menyebarkan panas dari elemen pemanas, sehingga ada kemungkinan pemanasan kurang merata. Oleh karena itu, oven yang hanya mengandalkan metode pemanasan konvensional hanya cocok untuk oven yang berukuran kecil, dibawah 30 L.
Oven Konveksi (Convection Oven)
Oven konveksi hampir sama dengan oven konvensional, hanya ditambah satu komponen untuk meratakan persebaran panas, yaitu sebuah kipas. Posisi kipas pada umumnya ada di belakang ruang oven, meskipun ada juga yang disamping. Selain elemen pemanas atas dan bawah, seringkali juga ada tambahan elemen pemanas yang di sekeliling kipas. Kipas akan membuat udara panas yang bersentuhan dengan elemen pemanas melakukan konveksi paksa (forced convection) agar bersirkulasi ke seluruh bagian makanan sehingga pemanasan merata di setiap bagian.
Diagram skematis oven konvensional (kiri) dan oven konveksi (kanan) (Gambar dibuat dengan Gemini AI)