Lihat ke Halaman Asli

Boas Sababang

Universitas Sanatadharma

Perjalanan Sebelas Tahun di tepi Laut;Membangun Usaha Dengan Modal Minim

Diperbarui: 15 September 2025   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Membangun Mimpi di Tepi Pantai: Kisah Perjuangan Usaha Warung Bermodal Rp600.000

Pantai sering kali menjadi tempat untuk melarikan diri dari kesibukan, namun bagi sebagian orang, ia adalah ladang untuk mewujudkan mimpi. Kisah ini adalah tentang sebuah warung kecil yang tumbuh dari keinginan sederhana hingga menjadi bagian dari denyut nadi pariwisata lokal. Berawal dari tahun 2009, perjalanan usaha ini dimulai dengan impian untuk bisa menghabiskan setiap hari di tepi laut.

Merintis dari Nol: Dari Meja Sederhana hingga Warung Permanen

Dengan modal awal pinjaman sebesar Rp600.000, saya memulai usaha ini tanpa banyak berpikir. Awalnya, saya hanya menggunakan sebuah meja sederhana untuk menjajakan dagangan. Tidak ada bangunan, tidak ada fasilitas, hanya sebuah meja yang menjadi saksi bisu awal perjuangan. Keberanian dan tekad yang kuat menjadi modal utama, mendorong saya untuk terus maju. Selama bertahun-tahun, warung ini secara bertahap berkembang, mulai dari meja kecil hingga akhirnya berhasil mendirikan sebuah warung semipermanen yang nyaman.

Berkah Voli Pantai dan Tantangan di Balik Layar

Titik balik datang pada tahun 2013 ketika turnamen voli pantai untuk turis mulai rutin diselenggarakan di sekitar area warung. Acara ini menjadi berkah tak terduga yang mendongkrak pendapatan secara signifikan. Wisatawan yang datang memadati area pantai, dan warung saya menjadi salah satu pilihan utama mereka untuk menikmati hidangan.

Untuk memuaskan selera para pengunjung, saya menyediakan berbagai menu andalan, seperti ikan bakar, ikan goreng, dan nasi goreng seafood. Setiap hidangan disiapkan dengan sepenuh hati, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli. Strategi promosi pun dilakukan secara langsung, dengan menawarkan menu dari luar warung kepada setiap pengunjung yang melintas.

Meskipun demikian, perjalanan ini tidak luput dari kendala. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan modal, yang sering kali membuat saya harus kembali meminjam. Selain itu, ada kerugian-kerugian kecil yang kerap terjadi, seperti beberapa pembeli yang tidak membayar Pop Mie atau kelapa yang mereka nikmati. Dengan pendapatan bulanan rata-rata Rp200.000, setiap keuntungan harus dihitung dengan cermat.

Masa Depan yang Terus Berkembang

Dalam skema tata ruang yang sudah diatur oleh pihak pengelola, peran saya hanyalah menerima lokasi yang sudah dibagi. Namun, hal ini tidak mengurangi semangat untuk terus berkreasi. Meskipun tidak ada rencana besar jangka panjang yang spesifik, saya memiliki satu tekad kuat: mengembangkan warung ini.

Pengembangan warung menjadi satu-satunya tujuan, sebuah komitmen untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Kisah ini mengajarkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan kesederhanaan, impian bisa dibangun, bahkan dari modal yang sangat terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline