Lihat ke Halaman Asli

YESRUN EKA SETYOBUDI

Conten writing I Freelancer

"Saya Dulu Salah Arah",Pengakuan Alumni GadePreneur dan Peran Vital Pegadaian MengEMASkan Indonesia

Diperbarui: 23 September 2025   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukti nyata transformasi: Perubahan kemasan produk alumni setelah mengikuti program Rebranding GadePreneur. (Sumber:Freepik.com) 

"Rasanya memang butuh ganti nama dan ganti konsep, tapi tidak tahu sama sekali harus mulai dari mana. Dan butuh validasi juga dari para ahli kalau memang yang saya jalani masih 'salah' dan perlu diarahkan." Pernyataan jujur ini datang dari Nirmala Putri, seorang pemilik usaha dari Jakarta. Pernyataan tersebut bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah diagnosis akurat atas kondisi yang dihadapi jutaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Mereka memiliki semangat dan produk, namun seringkali terjebak dalam stagnasi akibat ketiadaan arah strategis. Kisah Nirmala menjadi titik awal untuk menganalisis sebuah program transformatif yang menjadi bukti nyata bagaimana Pegadaian mengEMASkan Indonesia bukan hanya dengan modal, tetapi dengan ilmu dan panduan strategis.

Program tersebut adalah GadePreneur, sebuah inkubator bisnis yang dirancang oleh PT Pegadaian bukan sebagai program pelatihan biasa, melainkan sebagai sebuah akselerator bisnis yang komprehensif. Tingginya minat dan ketatnya seleksi, di mana dari 3.174 pendaftar hanya 360 peserta yang lolos kurasi, mengindikasikan betapa vitalnya kebutuhan akan program semacam ini. GadePreneur hadir untuk menjawab permasalahan fundamental para UMKM. Ini adalah wadah di mana para pengusaha tidak hanya diberi akses permodalan, tetapi juga dibekali dengan "kail" berupa pengetahuan bisnis modern. Seperti yang diungkapkan Mujada, alumni GadePreneur dari Bandung, "Istilahnya, kita sama Pegadaian tidak hanya dikasih ikan tapi juga dikasih kailnya."

Pentingnya "kail" ini tidak dapat diremehkan. UMKM adalah pilar utama perekonomian Indonesia, berkontribusi sebesar  dan menyerap mayoritas tenaga kerja nasional. Namun, di balik kontribusi masif tersebut, tersembunyi tantangan-tantangan klasik yang menghambat pertumbuhan mereka. Banyak UMKM beroperasi dengan literasi keuangan dan digital yang terbatas, membuat mereka rentan terhadap manajemen arus kas yang buruk dan kesulitan beradaptasi di era ekonomi tanpa uang tunai (cashless economy). Tanpa intervensi yang tepat, banyak UMKM potensial yang akhirnya gagal berkembang. Di sinilah GadePreneur mengambil peran strategis, menjadi jembatan yang menghubungkan potensi besar UMKM dengan kapabilitas bisnis modern.

"Kail" yang diberikan GadePreneur terstruktur dalam kurikulum yang matang, dibawakan oleh mentor-mentor praktisi berpengalaman seperti(https://gadepreneur.com/). Prosesnya terbagi dalam beberapa tahapan krusial. Dimulai dengan Pembinaan Offline di 12 wilayah, di mana produk peserta dievaluasi secara langsung. Tahap ini dilanjutkan dengan Mentoring Virtual untuk pendalaman materi. Puncak dari transformasi ini ada pada tahap Rebranding, sebuah proses yang mencakup Renaming (penamaan ulang merek), Repackaging (desain ulang kemasan), serta Repositioning (penempatan ulang produk di pasar). Inilah solusi konkret atas permasalahan yang diutarakan Nirmala mengenai kebutuhan "ganti nama dan ganti konsep".

Bagi banyak UMKM, kondisi "salah arah" seringkali termanifestasi dalam kemasan produk yang kurang representatif, nama merek yang tidak efektif, atau strategi pemasaran yang tidak terarah. Ratna Nilasari, pemilik Bandeng Sultan dari Makassar, mengakui hal ini. "Benar - benar terbuka ide-ide cemerlang yang sebelumnya saya tidak tahu sama sekali... Menuju 5 tahun usaha saya tidak pernah menemukan ilmu ini," ujarnya. Pengakuannya mewakili banyak pengusaha yang terlalu fokus pada operasional harian hingga mengabaikan aspek strategis. GadePreneur memaksa mereka untuk melakukan evaluasi mendalam dan merancang ulang fondasi bisnis. Ini adalah inti dari bagaimana Pegadaian mengEMASkan Indonesia; memoles potensi mentah para pelaku UMKM hingga menjadi bisnis yang profesional dan berdaya saing.

Untuk memahami lebih dalam intervensi yang dilakukan, berikut adalah anatomi program GadePreneur:

Tabel  Anatomi Intervensi GadePreneur: Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan (Sumber : Analisis Penulis)

Salah satu intervensi paling berdampak dalam GadePreneur adalah fokus pada rebranding. Ini bukan sekadar perubahan kosmetik. Dalam pasar yang kompetitif, kemasan adalah "wiraniaga bisu" yang pertama kali berinteraksi dengan konsumen. Sebuah desain yang profesional dapat secara instan meningkatkan persepsi kualitas dan membenarkan harga premium. Lebih dari itu, proses rebranding memaksa pemilik usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental: Siapa target pasar saya? Apa nilai unik produk saya? Pesan apa yang ingin saya sampaikan? Dengan bimbingan mentor, proses ini menjadi latihan strategis yang mempertajam visi bisnis. Transformasi dari kemasan sederhana menjadi desain yang siap bersaing di rak supermarket adalah manifestasi visual dari "naik kelas", sebuah langkah krusial dalam upaya Pegadaian mengEMASkan Indonesia.

Di luar kurikulum formal, kekuatan GadePreneur juga terletak pada pembangunan komunitas. Program ini mengumpulkan ratusan pengusaha dari berbagai daerah dan sektor, menciptakan sebuah jaringan yang sangat berharga. Interaksi antar peserta memfasilitasi pertukaran ide, kolaborasi bisnis, hingga dukungan moral. Seorang produsen keripik di Bandung bisa saja menemukan pemasok kemasan berkualitas dari sesama alumni di Jakarta, atau bahkan berkolaborasi untuk membuat produk bundling. Jaringan ini menjadi aset jangka panjang yang terus memberikan manfaat bahkan setelah program berakhir. Pegadaian tidak hanya menciptakan 360 bisnis yang lebih baik, tetapi juga menumbuhkan sebuah ekosistem wirausaha yang saling mendukung.

Namun, GadePreneur lebih dari sekadar program pelatihan yang terisolasi. Ia berfungsi sebagai gerbang masuk ke dalam ekosistem keuangan Pegadaian yang lebih luas. Setelah "lulus" dengan bekal ilmu yang mumpuni, para alumni menjadi lebih siap dan bankable untuk memanfaatkan produk-produk pembiayaan yang ada, seperti Pinjaman Usaha .Ini adalah sebuah siklus pemberdayaan yang berkelanjutan. Pegadaian tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga menyediakan akses ke modal yang dibutuhkan untuk mengeksekusi ilmu tersebut. Pendekatan terintegrasi inilah yang memastikan para alumni memiliki jalur yang jelas untuk terus bertumbuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline