Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Artikel Dibaca Ribuan tapi Gak Headline di Kompasiana

23 September 2025   07:57 Diperbarui: 23 September 2025   10:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase judul puisi Ayah Tuah dan Felix Tani di  Kompasiana, mode narsis (Dokpri)

Kalau artikelmu udah dibaca ribuan atau bahkan puluhan ribu orang, ya, sudah, bersyukurlah. Mosok masih nanya kenapa gak Headline, sih. Lha tujuan nulis di Kompasiana itu demi apa: Headline atau Pembaca?

Lagian, artikel dibaca ribuan orang itu bukan indikasi kualitas bagus. Itu cuma indikasi laris-manis. Ibaratnya ada capres yang dapat suara 60 persen, itu kan gak otomatis membuktikan dia capres terbaik. 

Puisi Ayah Tuah dan Felix Tani pernah dibaca puluhan ribu orang tapi gak Headline, tuh. Cek lagi puisi Ayah Tuah, "Jangan Tulis Puisimu dengan Kata-kata Api" (K 27.06.23; 27.689 views) dan puisi Felix Tani, "Puisi Si Butet Bau Tuak" (K 30.06.23; 25.042 views). Mungkin itu dua puisi ter-boom di Kompasiana.

Apakah Ayah Tuah dan Felix Tani protes? Seingatku sih, tidak. Mereka berdua malah sibuk bertengkar, tentang puisi siapa yang lebih bagus. Ya, jelas puisi Felix Tani, dong. Tapi kok puisi Ayah Tuah lebih banyak pembacanya. Oh, itu karena puisinya lahir 3 hari lebih dulu.

Banyak alasan mengapa satu tulisan banjir pembaca (views) di Kompasiana. Puisi Ayah Tuah dan Felix Tani itu memanfaatkan momentum kontroversi puisi Butet Kertaradjasa yang dinilai mendiskreditkan Capres Prabowo. Rame dan panas banget waktu itu, penghujung Juni 2023. Cari aja sendiri beritanya. Menjadi kompasianer jangan manja, minta diloloh. Jijik, kan?

Atau bisa juga karena kekuatan jaringan penulis. Satu artikel di Kompasiana misalnya dibagikan ke belasan WAG, mulai dari WAG Senenek-moyang sampai WAG Semantan. Juga diposting di beberapa akun X dan facebook. Terjadilah getok tular daring. Hasilnya, ya, gitu, ribuan pembaca. Yang begini ini lazimnya miskin rating dan komentar. Kasihan, sih.

Kata kompasianer cerdas, jumlah views bisa juga digelembungkan dengan menggunakan satu aplikasi khusus. Jadi bukan views organik, melainkan siluman. Piye carane, ya, embuh. Engkong gak tertarik. Berburu K-Rewards aja kok ya segitunya, ya. Mending ngadalin pembaca pake judul clickbait; tipu-tipu dikit tapi, ya, masih halal, kan?

Jadi sebenarnya, kompasianer itu lebih suka menempuh berbagai cara demi menjaring pembaca sebanyak mungkin. Bukan bersiasat macam-macam demi meraih Headline. Headline kan gak otomatis mendongkrak jumlah pembaca sampai ribuan. Itu cuma syarat biar dapat K-Reward, kok. Semurah itu.

Jadi, hamuna (Batak; kleyan, kata orang Medan), jangan terlalu apalah dengan apa itu. Kalau terlalu apa, nanti jadi apa pula, kan.

Maksudku, jangan terlalu ambisilah dengan Headline itu. Kalau terlalu ambisi, nanti jadi frustrasi pula, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun