Lihat ke Halaman Asli

VanDoery

Listening Reading Writing Speaking

Tamasya ke Padang Pasir Negerinya Pewaris Para Nabi

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segenap puji syukur kepada Allah yang menyempurnakan  segala kebaikan. Sungguh tak pernah terbayang langkah kaki ini menapak sampai di tanah rantau nun jauh di negeri orang. Dari semak-semak yang hijau dan pepohonan yang menyejukkan mata menuju sebuah padang pasir nan tandus menguning oleh bangunan dan warna pasir, sesekali pohon kurma hijau berkelap-kelip di malam hari menghiasi jalanan kota beserta tata bina bangunan yang tiada berbeda semakin menambah keterasingan di negeri ini.

Dari Tanah Duri bumi Massenrempulu mengasah harapan di bumi para Nabi tempatnya dua kota suci umat Islam. Disinilah kulabuhkan segenap tawakkal dan ikhtiarku kepada Allah untuk masa depan yang lebih indah dunia wal akhirah.

Tanah Arab, tepatnya Saudi Arabia, Negeri yang olehku hanya terekam dalam kisah para jamaah haji dan orang-orang pemilik harta berlebih, yang dahulu ketika hanya sebatas menatap potret Ka’bah menetes rasanya air mata penuh impian untuk mengunjunginya untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah, sebuah kerajaan yang unik memikat hati bagi para pecinta ilmu tempat bertebaran para alim ulama  dan muballigh Islam. Di negeri ini sebuah kesempatan untuk beroleh ilmu pengetahuan keislaman ditengah keringnya umat Islam dari mata air dakwah dan nasihat kebenaran adalah sebuah keniscayaan. Sumur-sumur dan lautan ilmu ada membentang dimana-mana. Terpulanglah kepada siapa yang ingin menimbanya dan mengarungi samudera ilmu tersebut. Alangkah berbahagialah orang yang telah menyediakan bahtera yang kokoh dari negerinya guna menjelajahi keindahan alam mayapada ilmu. Bahtera itu tidak lain adalah pemahaman yang baik akan bahasa umat Islam, bahasa Arab. Bahasa yang menjadi kunci-kunci kebaikan dalam memahami syariat yang mulia.

Terkadang kemilau dunia yang menyilaukan mengaburkan pandangan mata hati dalam menyibak tirai menuju hakekat ilmu adalah sebuah kelaziman yang seringkali membubuhi alam pikiran para musafir di negeri ini. Sehingga mereka lupa akan sebuah keagungan yang padanya  mereka berjalan diatasnya. Semestinya mereka menempuh kemudahan jalan-jalan ilmu namun apadaya harus tertatih-tatih karena ketiada peduliannya akan harta karun para Nabi itu. Karena negeri ini bukanlah segala-galanya,  di negeri ini pula terlahir manusia-manusia durjana yang senantiasa merintangi jalan dakwah Islam. Semua kembali kepada insan yang melakui peristiwa kehidupan ini, entah ia memilih jalan petunjuk atau menyibukkan dirinya pada jalan yang tersesat.

Maha suci Allah, betapa bahagianya orang yang dianugerahi kenikmatan oleh Allah untuk menembus  sempadan ilmu di negeri ini lalu kelak kembali mengajarkan faidah dan membagi-bagi permata jauhar yang telah didulangnya kepada kaumnya. Dan alangkah merugilah mereka yang hari-harinya terluput dari kebaikan dan detik-detiknya berlalu dengan kelalaian. Karena waktu dalam pepatah Arab ibarat pedang jika tidak menahannya maka ia akan menebasmu.

Semoga kita senantiasa diberi petunjuk oleh Allah dalam menempuh jalan-jalan kebaikan hingga akhir hayat. Dan semoga Allah mewafatkan kita diatas Islam dan As Sunnah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline