Lihat ke Halaman Asli

va ni cahaya

Rakyat biasa

Kurangnya Minat Literasi Membaca Buku: Dominasi Hiburan Digital Yang Instan

Diperbarui: 12 September 2025   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                   Gambar 1. Buku vs Gadget (sumber: Canva)

Remaja Indonesia pada umumnya tidak memiliki minat membaca buku atau termasuk dalam golongan rendah. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya kemampuan memahami isi teks, banyak buku yang kurang laku, dan lebih memilih mencari informasi dari gadget. Program penilaian siswa Internasional (PISA) menempatkan Indonesia di posisi yang rendah, hal ini disebabkan oleh kualitas pendidikan yang belum merata, kurangnya akses dan fasilitas serta ketidakinginan remaja itu sendiri. Di sekolah kegiatan membaca cenderung sebagai kewajiban dan buku yang disediakan terbatas atau pun ketinggalan zaman terutama di sekolah-sekolah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Adapun buku-buku yang menarik dan relevan dengan remaja tetapi mahal untuk dibeli.

Menumbuhkan minat literasi remaja perlu adanya dukungan dari lingkungan seperti orang tua dan guru yang membiasakan membaca buku sebagai kegiatan harian. Budaya visual dan instan menciptakan kebiasaan konsumsi informasi singkat dan cepat yang menyebabkan remaja semakin malas untuk membaca buku.

Dampaknya?

  • Tidak mampu berpikir kritis dan analitis. Remaja yang hari-harinya ditemani gadget akan dengan mudah menelan informasi yang didapat tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu (rentan terhadap informasi palsu/hoaks)
  • Rendahnya kemampuan menulis dan berbicara. Membaca melatih gaya bahasa atau kalimat yang lebih terstruktur dan fasih. Perbedaan orang yang sering membaca dan yang tidak membaca akan terlihat dari kosa-kata yang digunakan. Remaja yang tidak membaca buku akan susah menuangkan ide atau sekedar menulis puisi, cerpen atau pun informasi.
  • Kurangnya pengetahuan. Remaja yang tidak membaca akan cenderung tidak kompeten dalam pengetahuan yang menyebabkan ketidakpercayaan diri karena merasa tertinggal.

             Gambar 2. Ketidakmampuan memahami isi teks (sumber: Canva)

Solusi

  • Sekolah dan pemerintah. Sekolah dan pemerintah memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat literasi remaja. Pemerintah menyediakan perpustakaan gratis yang bisa dijangkau semua kalangan dengan koleksi buku yang menarik serta menyediakan akses gratis buku digital dan platform literasi (bagi yang lebih suka membaca dari gadget).  Sekolah juga menyediakan perpustakaan yang nyaman serta membiasakan literasi 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
  • Orang tua dan remaja itu sendiri. Peran orang tua dalam meningkatakn minat literasi remaja adalah membaca buku bersama anak dan memberikan jadwal rutin untuk anak agar menyisihkan waktu membaca buku. Selain itu, perlu adanya motivasi dari dalam diri remaja itu sendiri untuk tumbuh lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline