Lihat ke Halaman Asli

Tupari

TERVERIFIKASI

Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Benarkah Pramuka Tetap Evergreen Meski Zaman Berubah?

Diperbarui: 18 Agustus 2025   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Pramuka sebagai ekstrakuriker wajib di sekolah. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Setiap 14 Agustus, ada pemandangan yang selalu bikin saya senyum: seragam cokelat, topi rimba, dan setangkai bambu yang menjulang membawa bendera. Anak-anak berbaris rapi di lapangan, para pembina memberi aba-aba, sementara yel-yel khas mengisi udara.

Momen itu selalu bikin saya teringat pengalaman sendiri di tahun 2014, saat ikut KMD (Kursus Mahir Dasar) di Secapa AD Bandung. Tidur di barak militer yang dinginnya menusuk, kemudian kemah di Camping Ground Cikole, Lembang. Malam itu gelap, hujan deras, tenda kebanjiran, pakaian basah semua. Tapi anehnya, kami tetap bahagia. Ada rasa puas, hangat, dan lega karena bisa bertahan bersama di tengah cuaca yang nggak bersahabat.

Itulah Pramuka. Untuk sebagian orang, Hari Pramuka mungkin cuma seremoni rutin. Tapi kalau kita berhenti sebentar dan lihat lebih dekat, Pramuka sebenarnya seperti “kode rahasia kehidupan”: sederhana, tapi penuh makna.

Bagi Gen Z, yang hidup di dunia digital serba cepat, Pramuka bisa jadi pengingat penting: belajar kerja sama, menghadapi tantangan, dan menikmati proses tanpa harus selalu memamerkan hasil di media sosial. Nilai-nilai itu tetap evergreen, meski zaman berubah, prinsip-prinsipnya tetap bisa jadi kompas untuk hidup yang lebih tangguh, bijak, dan menyenangkan.

Pramuka Dulu dan Kini

Seiring waktu, cara anak-anak mengikuti kegiatan Pramuka berubah. Dulu, memasak artinya menyalakan api unggun sendiri dan menyiapkan sayur, lauk, atau mi instan. Kini, anak-anak bisa “memesan” makanan lewat aplikasi online saat kemah. Dulu, tidur di tenda berarti alas seadanya, tidur di tanah atau matras tipis. Kini, beberapa kegiatan menyediakan kasur empuk dan sleeping bag modern.

Perubahan ini wajar, tapi esensi Pramuka tetap sama: belajar bertahan, mandiri, dan bekerja sama. Teknologi boleh membantu, tapi nilai-nilai dasar itu tak berubah, bisa jadi kompas hidup yang nggak lekang oleh waktu, tetap evergreen.

Apa artinya “evergreen”?
Secara harfiah, “evergreen” berarti selalu hijau, seperti pohon yang daunnya tidak pernah gugur. Dalam konteks Pramuka ini, istilah saya gunakan untuk menjelaskan bahwa Pramuka tetap relevan dan bermanfaat meski waktu berubah.

Dengan kata lain, nilai-nilai Pramuka; disiplin, kerja sama, peduli, dan mandiri tidak lekang oleh zaman. Meski cara kita berkemah, memasak, atau berinteraksi berubah, prinsip dasarnya tetap evergreen, selalu bisa dijadikan kompas hidup. Begini penjelasan saya.

1. Pramuka: Google Maps Sebelum Google Ada

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline