Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Apa Itu Sekolah dan Apa itu SSB?

Diperbarui: 1 Juli 2022   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikustrasi Supartono JW


Jangan biarkan suatu kesalahan menjadi benar karena terus ditularkan oleh yang belum punya ilmu dan pengalaman atau kurang ilmu dan pengetahuan, kepada yang belum punya ilmu, pengetahuan, dan pengalaman 

(Supartono JW.01072022)

Pendidikan di +62 melalui sekolah formal dan nonformal sesuai peraturan dan undang-undang masih terbilang gagal. Bagaimana dengan yang abal-abal (tidak sesuai mutu)?

(Supartono JW.01072022)

Dalam rangka 23 tahun nama Sekolah Sepak Bola (SSB) bergaung di Indonesia, berikut saya tulis dua artikel terkait SSB. Pertama tentang: Apa itu Sekolah dan Apa itu SSB? Kedua, Pahamilah Prosedur Membuat Event SSB. 

Kendati nama Sekolah Sepak Bola (SSB) telah digaungkan di Indonesia sejak 1 Juli 1999 oleh PSSI di bawah kepemimpinan Agum Gumelar, dan dalam komando Ronny Pattinasarani,  Direktur Pembina Usia Muda PSSI, saat itu, hingga usia SSB  memasuki usia ke-23 pada 1 Juli 2022 dalam gaungnya di Indonesia, belum pernah lahir REGULASI tentang SSB yang benar dari PSSI. PSSI tak ada melibatkan stakeholder terkait yang kompeten dalam bidang pendidikan dan sekolah. PSSI pun belum pernah memiliki Training Center (TC) untuk Timnas.

Wajar salah kaprah?

Wajar bila, para pegiat sepak bola akar rumput terus salah kaprah dalam mengelola keberadaan SSB yang tidak berstandar, karena PSSI sendiri belum dapat menjadi contoh, akibatnya, Shin Tae-yong (STy), pelatih Timnas Indonesia sekarang, merasakan betul jauhnya standar TIPS pemain Indonesia, hingga dia harus memoles pemain Timnas di berbagai level dari nol lagi. Padahal ribuan SSB menjamur di Indonesia.

Paradigma salah jadi benar

Kondisi yang seolah sengaja dibikin salah kaprah ini, sampai mencuat paradigma "Yang salah jadi benar", karena kesalahan terus dilakukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang tidak kompeten di bidangnya, seolah kompeten dan terus menularkan ilmu dan praktik yang salah di dunia sepak bola akar rumput, baik kepada para anak mau pun orang tuanya. 

Setali tiga uang, ini pun adalah deskripsi dari kegagalan pendidikan Indonesia selama ini yang tetap menyisakan SDM Indonesia yang individunya masih banyak yang TIDAK TAHU bahwa DIRINYA TIDAK TAHU, karena kurang ilmu, kurang pendidikan, kurang pengalaman, dan paket kurang lainnya, tapi tetap sok-sok-an, gaya-gaya-an, hingga yang salah jadi benar karena ditularkan oleh SDM yang tak tidak/kurang ilmu, pengetahuan, dan pengalaman di bidangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline