Berlayar Jauh ke Vulcano Island Untuk Ikut Kecipratan Jadi Lebih Muda
Kemarin subuh kami sudah berangkat dari Briatico menuju ke dermaga kapal pesiar kecil yang akan mengantarkan kami ke Pulau Vulcano karena sehari sebelumnya tiket sudah dibeli oleh adik kami.
Lagi lagi ini merupakan perjalanan gratis untuk kesekian kalinya. Karena sudah menjadi aturan tak tertulis dari adik kami Margaretha dan Sandro suaminya bahwa selama berada di Italia, maka kami dilarang keras mengeluarkan dompet.
dok: Tjiptadinata Effendi
Setibanya di dermaga, ternyata masih sepi. Tapi prinsip kami lebih baik menunggu daripada ditinggalkan oleh kapal yang akan mengantarkan kami ke pulau Vulcano.Sambil menunggu ,kami diajak minum secangkir ekspreso dan sepotong roti karena memang belum sempat sarapan dirumah.
dok: Tjiptadinata Effendi
Perjalanan Panjang Melintasi SamudraKeramahan yang ditunjukan oleh para penumpang sungguh sungguh membuat suasana menjadi semakin ceria. Saling sapa, "Buengiorno" terdengar, ketika kami sudah memasuki kapal pesiar mini ini.
Ada cafe dilantai bawah, tapi karena kami barusan sarapan pagi, maka kami memilih untuk duduk dibagian atas agar dapat menikmati pemandangan dengan lebih bebas.
Tepat pada waktunya, Kapten kapal mengucapkan selamat pagi dan kemudian melanjutkan dalam bahasa Italia dan bahasa Jerman. Walaupun pernah selama tiga tahun belajar bahasa Jerman ketika masih di sma, tapi mungkin karena jarang bertemu orang Jerman.
Maka kini hanya tinggal tiga kalimat dalam bahasa Jeman yang masih saya ingat, yakni " Guten morgen" dan "guten tag" serta "auf wieder sehen." Karena itu, adik kami bertugas sebagai penerjemah dari bahasa Italia ke dalam bahasa Padang.
dok: Tjiptadinata Effendi
Berebut Mandi Di sumber Air Hangat