Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Untuk Mengubah Nasib, Harus Berani Terima Tantangan

Diperbarui: 26 Agustus 2017   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

Walaupun sesungguhnya setiap orang berhak memiliki arti dan makna sukses bagi dirinya, tapi satu hal yang tidak dapat ditepis adalah bahwa sukses itu tidak terlepas dari hidup yang berkecukupan Orang boleh berteori,bahwa  sukses tidak identik dengan uang dan hal tersebut benar adanya.Tapi disisi lain,orang juga tidak dapat mengatakan dirinya sukses,kalau hidup keluarganya morat marit. Karena kesuksesan yang dimiliki hanya sebagai personal branded,tanpa mengikut sertakan keluarga,sesungguhnya adalah sepotong kesuksesan yang semu.

Seringkali  ada ungkapan :" Bagi saya,sudah ada tempat berteduh dan cukup makan dan minum sudah cukup ,mau apa lagi?" Bagaimana dengan pendidikan anak anak kelak? Memasukki perguruan tinggi tidak gratis.Buku buku juga harus dibeli dengan uang.Belum lagi untuk kebutuhan biaya transportasi dan segala pernak pernik di perguruan tinggi Bagaimana mungkin,orang sudah berpuas diri,hanya kaena sudah cukup makan dan minum?

Tantangan Peluang Untuk Mengubah Nasib,Tapi Sekaligus Resiko

Menyukuri apa yang ada pada diri kita,tentu saja patut dijaga dan diaplikasikan sepanjang hayat .Tetapi bukan untuk dijadikan alasan untuk tidak berupaya untuk mempersiapkan masa depan anak anak Dan sekaligus mempersiapkan hari tua diri sendiri. Setiap kali saya bertemu teman teman,selalu saya ingatkan bahwa dalam hidup ini,yang penting diingat adalah bahwa mempersiapkan hari tua kita,sama pentingnya dengan mempersiapkan masa depan anak anak. Namun kebanyakan dari mereka baru sadar setelah semuanya terlambat.Walaupun secara teori dikatakan:"Tidak ada kata terlambat untuk berubah" ,tapi dalam kenyataannya,kalau sudah berusia 65 tahun keatas baru sadar ,bahwa tidak ada persiapan untuk hidup mandiri,apa yang lagi yang dapat dilakukan?

Tanggung Jawab Terhadap Diri dan Keluarga

Bersyukur,bilamana anak anak kita kelak setelah berkeluarga,hidup mereka berkecukupan Sehingga seandainya orang tua menumpang hidup pada mereka ,tidak akan menjadi masalah. Tapi siapa yang dapat memastikan apa yang akan terjadi dimasa depan?

Sekiranya anak anak ketika sudah berkeluarga,hidup mereka pas pasan dan masih harus ditambah dengan beban hidup kita,gimana rasanya? Mungkin anak,demi baktinya kepada orang tua,dengan ikhlas menjalani hidupnya dalam kekurangan. Namun sebagai orang tua,apakah kita tega menengok keluarga anak anak kita brantakan karena harus menanggung hidup kita?Disinilah sikap mental kita diuji. Kehormatan diri sebagai orang tua,dipertaruhkan.

Sepotong Kisah Sedih Yang Tidak Mungkin Dilupakan

Ketika suatu waktu kami melayat kerumah salah satu kerabat yang meninggal dunia,maka setelah ikut berdoa,kami duduk diantara tamu lain yang datang melayat. Salah seorang tamu,mungkin untuk membuka pembicaraan dengan putra almarhum yang kebetulan duduk didepan kami,bertanya:" Sofyan ,koq cepat sekali dimakamkan? Biasanya kan beberapa hari ?" (Tradisi orang Tionghoa). Apa jawaban dari Sofyan ? "Om,orang pikir,papa saya banyak uang,Terus terang untuk beli peti mati saja,saya harus utang kiri kanan. Bagaimana pula mau berlama lama penguburannya?"

Mendadak darah saya naik sampai ke ubun ubun. Bagaimana seorang anak,menghina ayahnya yang jazadnya masih berada disana? Taruh kata,memang benar ia harus berutang,tapi tidak seharusnya dibeberkan didepan orang banyak. Kejadiannya sudah lama,tapi tidak pernah dapat dilupakan.

Kami bersyukur kepada Tuhan,walaupun anak anak kami jauh dari sempurna,tapi mereka sangat menyayangi kami berdua.Tak sekali jua kami menadahkan tangan,namun mereka dengan ikhlas memenuhi semua kebutuhan kami .Bahkan mobilpun dihadiahkan kepada saya. Inilah kebahagiaan ganda yang saya nikmati bersama istri saya.Jauh dari sebutan kaya,tapi kami dapat menikmati hidup secara sangat layak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline