Cirebon - Fenomena sound horeg kini makin ramai diperbincangkan setelah di sejumlah daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah masyarakat berbondong-bondong menyaksikan pertunjukan speaker raksasa di jalanan. Meski sebagian warga menganggapnya hiburan unik bahkan seperti atraksi wisata baru, tidak sedikit yang mengeluhkan dampaknya bagi kenyamanan dan kesehatan. Netizen di media sosial pun menanggapi dengan beragam komentar, dari yang terhibur hingga menyindir lebih baik menonton konser sungguhan ketimbang harus menahan sakit kepala akibat dentuman sound horeg.
Ini akhirnya membuat pemerintah turun tangan. Pemprov Jawa Timur bersama kepolisian dan militer mengeluarkan Surat Edaran Bersama pada 6 Agustus 2025 yang mengatur penggunaan sound system di ruang publik agar tidak melanggar norma agama, kesusilaan, dan hukum. Batas suara ditetapkan maksimal 120 dBA untuk sound statis seperti konser, dan 85 dBA untuk sound bergerak seperti karnaval, dengan sanksi berupa penghentian acara hingga tanggung jawab atas kerusakan fasilitas umum.
"Tak sedikit yang mencaci, namun banyak juga yang menikmati." tulis akun Instagram Volix Media dalam sebuah unggahan video.
Di sisi lain, fenomena ini juga memunculkan parodi unik di jagat maya, salah satunya sosok fiktif "Thomas Alva Edisound" yang dipelesetkan dari nama penemu bola lampu, Thomas Alva Edison. Warganet ramai membagikan meme hingga video yang menggambarkan tokoh ilmuwan berkumis disandingkan dengan deretan speaker raksasa, seakan-akan ia pencetus sound horeg.
Parodi tersebut viral di TikTok dan Instagram, menjadi sindiran sekaligus hiburan yang menambah popularitas fenomena ini. Kreativitas digital ini membuat isu sound horeg tak hanya dipandang sebagai polemik kebisingan, tetapi juga sebagai bahan komedi yang cepat menyebar di kalangan generasi muda.
Jika tidak diatur dengan bijak, dentuman sound horeg bisa berujung konflik sosial maupun dampak kesehatan jangka panjang. Namun, dengan penanganan yang tepat, tren ini juga berpotensi menjadi bagian dari ekosistem hiburan rakyat atau festival budaya yang lebih terarah. Artinya, nasib sound horeg ke depan akan bergantung pada keseimbangan antara regulasi, kreativitas, dan penerimaan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI