Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Agung Nugroho

TERVERIFIKASI

Asisten Peneliti

Ikan Hiu di Menu MBG, Bukti Bahwa Nggak Semua Program Pemerintah Itu Waras

Diperbarui: 28 September 2025   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menu ikan hiu pada program MBG (Sumber: KlikDokter)

"MBG gagal total di Ketapang, bukan karena sayur basi, tapi karena anak SD disuguhi menu blacklist kelas berat yang berpotensi merusak otak—dan itu bukan kebetulan!"

Betapa pilunya melihat berita dari Ketapang, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Bukan soal bencana alam atau politik gimmick yang biasa kita saksikan, tapi soal keracunan massal yang menimpa 25 korban (24 anak SD dan 1 guru) setelah menyantap hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kita semua tahu, program ini digadang-gadang sebagai solusi permanen masalah gizi nasional di era kepemimpinan Prabowo-Gibran. Tapi ya gitu deh, ketika implementasi bertemu dengan keteledoran dan pemikiran yang nggak waras, yang terjadi justru anak-anak harus dilarikan ke RSUD dr. Agoesdjam dengan keluhan mual dan muntah. Ironis, bukannya pulang dengan perut kenyang dan otak cerdas, mereka malah pulang dengan trauma dan infus di tangan.

Insiden ini bukan cuma sekadar kecelakaan dapur. Ini adalah alarm keras, pengingat yang menyakitkan, bahwa program sepenting ini dikelola dengan standar yang sangat, amat, sangat rendah. Kalau mau jujur, masalahnya bukan hanya pada higienitas (walaupun Kepala Sekolah sudah bilang sayurnya berlendir dan ikannya bau menyengat), tapi ada masalah yang lebih fundamental dan bebal, yaitu pemilihan menu. Biang kerok dari drama ini nggak lain nggak bukan adalah menu lauk yang disajikan: ikan hiu goreng.

Kita Semua Tahu Siapa Biang Keroknya

Laporan awal memang simpang siur. Ada yang bilang sayurnya basi, ada yang curiga nasi atau lauknya. Tapi, benang merah yang ditarik oleh banyak media kredibel mengerucut pada satu nama nggak populer untuk dijadikan menu makanan, yaitu ikan hiu.

Mengacu pada laporan yang dihimpun oleh Tribunnews, total korban mencapai 25 orang, dan yang paling disesalkan adalah keputusan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menggunakan ikan hiu sebagai menu. Kepala Regional MBG Kalbar bahkan mengakui terang-terangan bahwa itu murni kesalahan dan keteledoran. Coba kita pikir, logika gizi macam apa yang dipakai kok bisa-bisanya ikan hiu masuk daftar menu anak-anak SD? Alasannya konon dibeli dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rangga Sentap, produk lokal katanya. Tapi ya ampun, produk lokal bukan berarti produk aman, apalagi untuk otak anak-anak yang masih berkembang.

Memang sih, setelah insiden mencoreng ini, kepala dapur langsung dinonaktifkan. Dilansir dari Kompas, tindakan cepat ini diperlukan untuk menanggapi keresahan orang tua. Tapi kok rasanya gimana gitu, menyalahkan koki atau kepala dapur itu seperti menyalahkan prajurit padahal panglimanya yang salah strategi. Masalahnya sudah sistemik. Ikan hiu itu memang sudah blacklist mutlak bagi anak-anak dan ibu hamil di seluruh dunia, terlepas dari seberapa segar ia digoreng. Kalau begini caranya, program MBG nggak cuma gagal memberi gizi, tapi sengaja menyajikan calon racun.

Nggak Cuma Mual, Tapi Otak Mereka Ikutan Bermasalah

Nah, ini bagian yang paling ngeri. Kalau keracunan akut karena sayur basi itu bisa sembuh dalam beberapa hari, keracunan akibat Merkuri itu dampaknya seumur hidup.

Mari kita sedikit ngeyel dan sok ilmiah. Ikan hiu itu, adalah predator puncak di lautan. Mereka hidup lama dan makan banyak ikan kecil. Setiap ikan kecil yang mereka santap sudah mengandung sedikit Merkuri (hasil dari pencemaran lingkungan yang kita buat sendiri). Proses ini disebut bioakumulasi. Karena hiu hidup puluhan tahun dan berada di puncak rantai makanan, semua Merkuri itu menumpuk dalam bentuk Metilmerkuri di dagingnya.

Dilansir dari KlikDokter, Metilmerkuri ini adalah neurotoksin kelas berat. Paparan (bahkan dalam jumlah kecil) dapat menyebabkan masalah persarafan, kelemahan otot, gangguan bicara, dan (ini yang penting) gangguan perkembangan kognitif pada bayi dan anak-anak. Pakar sudah memperingatkan bahwa Merkuri dalam daging hiu dapat merusak sistem saraf pusat dan fungsi otak.

Panduan kesehatan global (dan seharusnya panduan MBG nasional), mengatakan bahwa ikan hiu, ikan todak, dan ikan marlin adalah jenis ikan yang wajib dihindari oleh kelompok rentan. Kelompok rentan itu siapa? Ya, anak-anak sekolah dasar, target utama program ini. Mereka disuguhi makanan yang secara ilmiah dan konsensus kesehatan global dilarang keras untuk mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline