Ah, Benfica … Mourinho Pulang Tanpa Kemenangan, Hanya Luka
“Sepak bola selalu bicara tentang detail, bukan sekadar angka di papan skor.”
Oleh Karnita
Stamford Bridge, Panggung yang Menyimpan Luka
Apakah mungkin sebuah kekalahan lebih berbicara tentang persiapan ketimbang sekadar hasil akhir? Pertanyaan ini menyeruak usai Benfica tumbang 0-1 dari Chelsea di Stamford Bridge, Rabu (1/10/2025) dini hari WIB. Berita bertajuk “Mourinho Singgung Kekalahan Benfica dari Chelsea karena Kurang Latihan” yang dipublikasikan Detak Media (1/10/2025) segera menjadi sorotan publik.
Bagaimana mungkin tim sebesar Benfica datang ke panggung Liga Champions tanpa persiapan memadai? Jose Mourinho, pelatih yang dikenal perfeksionis, justru mengakui bahwa timnya tidak sempat berlatih jelang laga. Fakta ini memantik diskusi panjang tentang profesionalitas, strategi, dan harga sebuah persiapan di panggung tertinggi.
Mengapa hal ini penting untuk kita renungkan? Karena dalam konteks sepak bola modern, detail kecil seperti pola latihan bisa menentukan nasib klub, reputasi pelatih, dan bahkan gairah suporter. Penulis tertarik membahas ini karena peristiwa Benfica–Chelsea bukan sekadar cerita tentang satu gol bunuh diri, melainkan cermin dari tantangan manajemen tim di tengah jadwal yang padat.
1. Mourinho dan Beban Stamford Bridge
Stamford Bridge seolah menjadi panggung penuh paradoks bagi Mourinho. Dulu ia pernah tak terkalahkan 77 laga di stadion ini, kini tujuh kali bertandang tanpa kemenangan. Catatan sejarah itu membuat setiap kekalahannya di London terasa seperti ironi yang mengiris reputasi.
Benfica datang dengan semangat baru, tetapi Mourinho tak bisa menutupi fakta: persiapan minim adalah kelemahan terbesar mereka. Ia mengakui latihan merupakan senjatanya, namun kali ini senjata itu tak sempat diasah. Kritik pun mengalir, bukan hanya pada performa, melainkan juga pada pengelolaan ritme tim.