Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Plagiarisme Tak Terlihat

Diperbarui: 17 September 2023   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pencurian kode program atau source code. Foto: fancycrave1 dari Pixabay.

Suatu ketika, di sebuah perpustakaan besar di jantung kota, bisikan lembut bergema di antara deretan rak buku. "Kamu pernah dengar? Tulisan Rita sepertinya sangat mirip dengan tulisan Dina." Sambil berbisik, dua mahasiswa bergulat dengan ketakutan nyata akan plagiarisme yang terlihat. Saat itu, plagiarisme dapat diketahui dengan mata telanjang, oleh guru berpengalaman, atau teman yang pernah membaca karya aslinya.

Namun, beberapa dekade kemudian, kita telah memasuki era digital, di mana segala sesuatu berubah dan bermetamorfosis dengan cepat. Di era ini, alat seperti Turnitin memudahkan pendeteksian plagiarisme yang terlihat, seperti ketika seseorang dengan malas menyalin teks dari internet tanpa memberikan kredit. Namun, di balik bayang-bayang ada ancaman lain: Plagiarisme Tak Terlihat.

Bayangkan sebuah lukisan. Dalam keindahannya, ada ribuan garis, warna, dan emosi yang saling terkait. Sekarang, bayangkan orang lain mengambil ide tersebut, mengubahnya sedikit menggunakan perangkat lunak grafis, mengubah warna atau detail, dan mengklaimnya sebagai karya asli mereka. Ini adalah bentuk pencurian yang lebih halus, namun tetap saja pencurian.

Tidak hanya di bidang seni, juga di bidang teknologi, plagiarisme semacam ini merajalela. Diagram blok dan skema elektronik yang diperoleh dengan susah payah dan dibuat dengan penuh dedikasi dapat dengan mudah disalin, diubah, dan disajikan tanpa jejak asal usulnya. Bahkan kode pemrograman, yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk ditulis, dapat disalin, diubah nama variabelnya, atau bahkan diterjemahkan ke bahasa pemrograman lain. Itu penipuan yang licik, tapi tetap saja penipuan.

Sebagai pengguna internet, kita dibanjiri dengan banyaknya konten setiap hari. Sedihnya, di antara banjir tersebut, berapa banyak yang benar-benar asli? Di tengah gempuran informasi ini, plagiarisme yang tidak terlihat menjadi monster yang sulit dikalahkan. Hal ini bukan hanya karena disembunyikan, namun juga karena banyak dari kita yang tidak sadar atau acuh tak acuh.

Tapi apakah kita harus tetap pasif? Tidak, tentu saja tidak. Kita berada di ambang revolusi baru: era kecerdasan buatan, yang berpotensi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi jenis plagiarisme ini. Bayangkan sebuah sistem yang dapat mengenali kesamaan antar gambar, meskipun gambar tersebut telah dimodifikasi secara signifikan. Atau algoritma yang dapat membandingkan kode di berbagai bahasa pemrograman dan menemukan kemiripannya, meskipun telah diubah seluruhnya.

Tapi mari kita mulai dari diri kita sendiri sebelum kita mencapai titik itu. Plagiarisme, baik terlihat maupun tidak terlihat, merupakan cerminan integritas seseorang. Ketika kita mengambil alih konsep orang lain, kita tidak hanya memperoleh usaha mereka, namun juga menghilangkan pengakuan yang pantas mereka terima. Ini bukan sekedar tentang hukum atau etika, tapi tentang menghargai kerja keras, kreativitas, dan dedikasi seseorang.

Saat kita melangkah maju, mungkin selalu ada bayangan plagiarisme yang mengintai di balik kegelapan. Namun dengan kesadaran dan tekad kami, kami dapat mengejar bayangan tersebut hingga ke sudut tergelap, memastikan karya orisinal selalu mendapat pengakuan yang layak.

Terkadang, yang kita perlukan bukanlah alat yang lebih canggih, melainkan hati dan pikiran yang lebih jernih. Dunia di mana kita semua menghargai karya dan ide orisinal bukanlah mimpi yang mustahil. Semuanya dimulai dari diri kita sendiri, dari keputusan kecil untuk selalu jujur dan menghargai karya orang lain sebagaimana kita menghargai karya kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline