Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Kenangan Manis dengan Prof dr Mahyudin NS Mantan Gubernur Sumatera Selatan

Diperbarui: 9 April 2021   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. WIkiwand.com

Bismillah,

Banyak kenangan manis penulis dengan Mahyudin NS yang hari ini Kamis tanggal 9 April 2021 dipanggil oleh Allah swt. Beliau sosok yang mudah senyum, selalu tampil semangat dan tidak kenal kata menyerah dalam lika liku perjuangan. Tulisan ini mengungkap kenangan manis bersama almarhum. Semoga beliau tenang di alam penantian sana.

 Dipanggil abah

Oleh banyak orang termasuk kami para adek angkatnya memanggil beliau abah. Mengikuti panggilan istri dan anak-anak beliau. Abah Mahyu demikian dia dipanggil kenal baik dengan  penulis. Beliau pernah mencalonkan diri sebagai calon rektor Unsri pada tahun 2003-2007, kemudian mencalonkan diri menjadi wakil gubernur Sumatera Selatan periode 2003-2008 

Ketika mencalonkan diri sebagai rektor Unsri Mahyu banyak  sekali terlibat dalam pembuatan Rencana Strategis beliau jika terpilih jadi rektor Unsri kala itu. Saya kala itu all out membantu beliau menyusun visi, misi, tujuan dan program strategis beliau sebagai calon Rektor Unsri.

Kala itu beliau tidak terpilih di Senat Unsri, tetapi hanya ranking tiga. Beliau tidak putus asa dan tidak kecewa. 

Mencalonkan wagub

Mencalonkan wagub Sumsel kala itu tentu dengan perhitungan yang matang. Dia hanya ingin jadi calon wagub dengan harapan ada calon gubernur yang akan menggandeng beliau. Namun dalam perjalanan beliau lesu darah karena calon kuat gubernur kala itu didesas desuskan menggandeng calon kuat lainnya. 

Penulis tampil sebagai "pahlawan". Kenapa karena tidak terima rencana pengunduram diri Mahyydin yang enggan jadi wagub karena gubernurnya tak jelas.  Saya bilang kepada Mahyudin bahwa saya yang akan mencalonkan diri sebagai gubernur. Kakanda jagan patah semangat, alias patah arang. Menurut kakek saya dulu, kata penulis, jika bulan bakal 30 hari takkan berhenti pada hari ke-29. 

Penulispun segera mengurus persyaratan jadi gubernur. Salah satunya adalah memperoleh ijin dari atasan. Segeralah saya meluncur ke Indaralaya, kantor pusat rektor Unsri untuk meminta tangan beliau. Sayang rektor Unsri tidak mau tandatangan karena alasan yang tidak jelas.

Penulis langsung meminta tanda tangan kaprodi yang kebetulan ada di kampus. Berbekal tanda tangan itu penulis meluncur untuk mengembalikan formulir pencalonan gubernur Sumatera Selatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline