Integrasi Pemikiran Filsafat Dakwah dan Keilmuan Dakwah sebagai Kerangka Pengembangan Dakwah

Filsafat dakwah suatu kajian ilmu yang tidak hanya membahas teori semata, melainkan juga refleksi kritis mengenai dasar, tujuan, dan juga hakekat. Dapat dilihat mengenai pemaknaan filsafat dakwah secara spesifik, yang dimana kata filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "philosophia" yang merupakan gabungan dari dua kata "philos" yang bermakna cinta, atau mencintai, dan "shopia" berarti kebijaksanaan, hikmah, atau pengetahuan.

Secara harfiah, ketika kedua makna tersebut disatukan maka akan mengandung makna "cinta kebijaksanaan atau cinta pada kebenaraan secara mendalam". Namun perlu diketahui, konteks cinta dalam ilmu filsafat ini bukan berarti perasaan romantis atau kasih sayang terhadap manusia. Melainkan sebuah motivasi, dorongan ataupun tekad yang kuat untuk mencari kebenaran serta memahami hakikat segala sesuatu.

Dengan pemahaman tersebut, filsafat dakwah hadir sebagai fondasi filososfis yang dapat menetapkan arah dan tujuan berdakwah agar tidak terjebak pada praktik yang dangkal atau sekedar formalitas saja. Sebab filsafat dakwah memiliki peran penting untuk para da'i dalam menuntun cara berpikir, bertindak dan bersikap dalam menyampaikan risalah Islam. Maka dari itu, sebelum memulai berdakwah para pendakwah (da'i) tidak hanya cukup menguasai materi atau metode berdakwah saja, melainkan diperlukan juga memperhatikan dan memahami landasan filosofisnya.

Adapun landasan filosofis yang dimaksud mencakup tiga pilar utama yaitu :

• Landasan Ontologis : membahas tentang apa yang menjadi hakikat dan keberadaan dakwah itu sendiri.
• Landasan Epistemologis : menekankan dari mana kebenaran dakwah diperoleh dan bagaimana cara memahaminya.
• Landasan Aksiologis : dalam landasan filosofis ini berbicara tentang apa yang menjadi nilai, manfaat, dan tujuan dari dakwah itu sendiri.

Ketiga pemahaman di atas yang nantinya akan menuntun seorang da'i untuk berdakwah secara bijaksana, penuh kesadaran, serta bertanggung jawab. Sehingga dakwah bukan lagi sekedar rutinitas dalam penyampaian pesan, tetapi juga menjadi jalan pencerahan yang dapat menumbuhkan cinta kebenaran dan kebijaksanaan dalam kehidupan umat. Pemahaman inilah yang pada akhirnya menjadi jembatan penting untuk menuju keilmuan dakwah. Sebab keduanya bagaikan ruh dan raga dakwah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Filsafat dakwah menghadirkan jiwa, makna dan arah untuk menuntun sementara keilmuan dakwah lah sebagai tubuh, langkah dan cara untuk mewujudkan tujuan dakwah

Keilmuan dakwah hadir sebagai suatu studi dan praktik yang mempelajari dan mengembangkan proses penyampaian ajaran Islam kepada manusia agar mereka memahami, menerima, dan mengamalkan nilai-nilai Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan tujuan penyampaian dakwah yang dilakukan dapat sistematis, terstruktur, dan efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Tanpa filsafat dakwah, keilmuan dakwah ibarat perahu berlayar tanpa arah entah kemana tujuannya. Terapung di laut luas tanpa kompas petunjuk. Begitupun sebaliknya, tanpa keilmuan laksana bintang di langit, indah dipandang, penuh makna, namun jauh dari jangkauan bumi. Melalui keterpaduan ini, dakwah tidak hanya menjadi aktivitas dalam penyampaian pesan, melainkan sebuah perjalanan spiritual dan intelektual untuk mengajak manusia menuju jalan kebenaran, kebijkasanaan, serta kemaslahatan hidup sesuai dengan tuntunan Allah Swt.