Lihat ke Halaman Asli

Subarkah

Freelance

Berbuat Baik Diam-Diam di Dunia yang Bising

Diperbarui: 11 Agustus 2025   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Content Pixie di Unsplash 

Kisah nyata kebaikan yang dilakukan tanpa sorotan publik. Sebuah refleksi hangat tentang gerakan sunyi yang menghidupkan kemanusiaan di tengah dunia yang bising.

Tidak semua kebaikan perlu diabadikan dalam foto atau diumumkan kepada dunia. Ada perbuatan kecil yang dilakukan diam-diam, tanpa nama, tanpa tanda tangan, dan tanpa pamrih. Justru dalam keheningan itulah kebaikan menemukan makna terdalamnya. Artikel ini mengajak Anda menelusuri kisah-kisah nyata yang tidak viral, tetapi meninggalkan jejak di hati penerimanya.

Di sebuah sudut kota yang tak pernah tidur, ada denyut kehidupan yang nyaris tak terdengar. Bukan deru kendaraan atau bising iklan yang menempel di tembok-tembok tua, tetapi langkah-langkah ringan seseorang yang membawa sekarung beras ke rumah tetangganya di malam hari. Tanpa salam, tanpa foto, dan tanpa unggahan di media sosial. Pintu diketuk pelan, lalu ia pergi sebelum ada yang sempat mengucapkan terima kasih.

Kebaikan seperti itu tidak memerlukan panggung. Ia memilih berdiam di ruang teduh, menjauh dari sorot lampu, dan tidak ingin diukur oleh tepuk tangan. Di tengah dunia yang terbiasa berteriak untuk diakui, ada segelintir orang yang memilih berbisik bahkan kepada dirinya sendiri saat menolong orang lain.

Pertanyaan yang kerap mengendap di kepala adalah apakah kebaikan kehilangan nilainya ketika diumbar. Apakah perbuatan yang tidak pernah diketahui siapa pun tetap bisa menjadi penopang hidup seseorang.

Di satu sisi, banyak yang berpendapat bahwa menampilkan kebaikan bisa menjadi inspirasi. Ada benarnya. Kita melihatnya setiap hari melalui galang dana online yang sukses karena dibagikan ribuan kali dan gerakan sosial yang tumbuh karena viral di media. Namun, di balik semua itu, ada pula sisi lain yang jarang diangkat, yaitu kebaikan yang disembunyikan dan hanya diketahui oleh pelaku dan penerimanya atau bahkan hanya oleh pelaku saja.

Kisah Pertama: Bangku Taman di Pagi Buta

Di sebuah taman kecil di Bandung, seorang pria paruh baya rutin datang setiap pukul lima pagi. Bukan untuk berolahraga, melainkan membersihkan bangku-bangku taman dari dedaunan basah dan sampah sisa malam. Tidak ada yang memintanya. Ia melakukannya sebelum orang-orang datang, sehingga hampir tidak seorang pun tahu. Ketika suatu kali seorang petugas taman menemuinya, ia hanya berkata bahwa jika orang duduk dan merasa nyaman, itu sudah cukup baginya.

Seorang kawan pernah berkata bahwa orang yang benar-benar paham arti kebaikan tidak pernah sibuk menghitung untung-rugi. Ada yang menolong tanpa mengharapkan balasan. Tidak peduli apakah kebaikannya dibalas senyum, terima kasih, atau justru diam yang dingin. Mereka mengerti bahwa kehidupan bukan pasar di mana kebaikan dibayar setimpal.

Kisah Kedua: Uang di Laci Kasir

Di sebuah warung kecil dekat pelabuhan Tanjung Perak, pemilik warung bercerita tentang seorang pembeli misterius. Setiap dua minggu sekali, orang itu datang pagi-pagi, membeli kopi, lalu diam-diam menyelipkan selembar uang di laci kasir. Jumlahnya cukup untuk membayar utang belanja seorang nelayan langganan yang sedang sulit. Pemilik warung selalu membayar utang itu atas nama pelanggan yang tidak mau disebutkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline