Lihat ke Halaman Asli

Etika Stoicism Sebagai Transfigurasi Diri Menjadi Sarjana Berbahagia

Diperbarui: 29 September 2025   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Modul Perkuliahan 2. Prof. Apollo)

Sarjana unggul dan profesional memerlukan kesadaran dan tindakan. Kesadaran dapat dimaksudkan sebagai pengetahuan dan tindakan dapat dimaksudkan perilaku yang nyata dilakukan. Lebih jelasnya untuk menjadi sarjana unggul dan profesional memerlukan pengetahuan dan pengetahuan tersebut dapat diterapkan sebagai sebuah perilaku yang nyata.
Pilihan - pilihan praktik hidup yang nyata dapat diambil dari beberapa pandangan filsafat berikut:

1. Epicurian

Epicurian atau Epikureanisme merupakan aliran filsafat yang mengajarkan cara mencapai kebahagiaan dengan menghindari rasa sakit dan hidup sederhana. Epikureanisme didasarkan pada ajaran Epikuros dan didirikan sekitar 370 SM. Epikuros adalah seorang materialis atomis, mengikuti jejak Demokritos. Materialismenya membuatnya menentang takhayul dan campur tangan para dewa. Epikuros percaya bahwa kesenangan itu baik, namun cara untuk mencapainya adalah dengan hidup sederhana dan memperoleh pengetahuan mengenai cara kerja dunia dan batas-batas hasrat seseorang. Hal ini membuat seseorang merasakan kedamaian (ataraxia) dan kebebasan dari rasa takut, serta hilangnya rasa sakit jasmani (aponia). Perasaan tersebut dibutuhkan untuk meraih kebahagiaan dalam bentuk yang lebih tinggi.

(Sumber: Modul Perkuliahan 2. Prof. Apollo)

2. Etika Stoaism/Stoikisme

Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat yang berkembang di Yunani Kuno, yang bertujuan memberikan panduan untuk hidup selaras dengan alam dan mengatasi tantangan hidup melalui pengendalian emosi dan kebijaksanaan. Stoikisme lahir pada abad ke-3 SM di Athena dan berkembang melalui karya-karya para pemikir utama seperti Zeno dari Citium, Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius.

(Sumber: Modul Perkuliahan 2. Prof. Apollo)

3. Kantian/Kantianisme

Kantianisme adalah filsafat yang dikemukakan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant (1724--1804) yang didasarkan pada gagasan bahwa untuk memahami realitas, seseorang harus terlebih dahulu memahami bagaimana pikiran kita bekerja membentuk pengalaman kita terhadap dunia. Etika Kant berpusat pada gagasan bahwa manusia harus melakukan kewajibannya demi kepentingan dirinya sendiri, dan bahwa hukum moral harus berlaku setara bagi semua orang.
Konsep-Konsep Kunci Kantianisme
1.Idealisme Transendental (Transcendental Idealism): Keyakinan Kant bahwa pengetahuan merupakan perpaduan antara pengalaman dan kontribusi pikiran kita. Pikiran kita mengorganisasikan pengalaman menggunakan ruang, waktu, dan konsep-konsep seperti sebab dan akibat.
2.Benda-benda dalam Dirinya Sendiri (Things-in-themselves): Kant percaya pada dunia yang independen dari pikiran kita, yang terdiri dari "benda-benda dalam dirinya sendiri" yang tidak dapat kita ketahui secara nyata.
3.Pengetahuan apriori (A priori knowledge): Kant mengeksplorasi bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tanpa pengalaman. Ia berpendapat bahwa sebagian pengetahuan berasal dari struktur pikiran kita.

(Sumber: Modul Perkuliahan 2. Prof. Apollo)

4. Kohlberg's

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline