Kabupaten Subang, yang kaya akan sumber daya alam dan sektor agraris seperti pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan, kini menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi industri tambang, hotmix, dan batu. Suara mahasiswa seperti M. Sidqi Lil Haq yang menggema dalam "Jeritan Mahasiswa" merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan masyarakat setempat.
Aktivitas industri ini memang menjadi tulang punggung ekonomi bagi sebagian pihak, terutama pengusaha. Namun, dampak yang ditimbulkan tidak bisa diabaikan. Kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran dari limbah tambang, degradasi lahan pertanian karena eksploitasi batu, serta polusi udara dari industri hotmix telah mengancam keberlanjutan hidup para petani, nelayan, dan peternak di Subang.
Masalah ini menjadi dilema klasik: pembangunan versus kelestarian lingkungan. Namun, apakah pertumbuhan ekonomi harus selalu mengorbankan ekologi? Pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat harus mencari solusi berkelanjutan, seperti penerapan teknologi ramah lingkungan, regulasi ketat, dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam.
Jeritan mahasiswa adalah peringatan agar kita tidak membiarkan kerakusan industri menghancurkan warisan alam. Subang harus tetap hijau, lestari, dan sejahtera bagi generasi mendatang. Saatnya masyarakat bersatu untuk menuntut kebijakan yang adil dan berpihak pada lingkungan.
Bagaimana menurutmu? Apakah ada gerakan nyata dari masyarakat atau mahasiswa di Subang untuk mengatasi masalah ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI