Siapa tahu, daun kecil itu bisa menjadi kunci masa depan ekonomi herbal Indonesia.
Daun Saga, tanaman obat keluarga mendukung keberlanjutan sumber daya hayati untuk pemberdayaan ekonomi kokal.
Kalau kita bicara soal tanaman obat keluarga alias TOGA, biasanya pikiran langsung melayang ke jahe, kunyit, temulawak, atau sereh.Â
Tapi, pernahkah Anda dengar tentang daun saga?Â
Daun kecil berwarna hijau yang tumbuh merambat ini ternyata menyimpan segudang manfaat.
Bukan hanya untuk kesehatan, tapi juga untuk mendukung keberlanjutan sumber daya hayati dan bahkan bisa menjadi jalan untuk pemberdayaan ekonomi lokal.
Mengenal Daun Saga yang Sederhana tapi Kaya Manfaat
Daun saga punya nama latin Abrus precatorius. Bentuknya mirip daun asam jawa, kecil-kecil, berjejer rapi, dan sering tumbuh liar di pagar, kebun, atau bahkan pinggir jalan.Â
Banyak orang mengabaikannya karena dianggap tanaman biasa. Padahal, dalam dunia pengobatan tradisional, daun saga sudah lama dipakai sebagai obat herbal.
Orang-orang zaman dulu biasa menggunakan daun saga sebagai obat batuk alami.Â
Caranya simpel: daun saga direbus, lalu airnya diminum seperti teh. Rasanya agak sepat, tapi ampuh untuk meredakan tenggorokan gatal dan batuk kering.Â