Lihat ke Halaman Asli

Best Siallagan

Hobby membaca dan menulis

1 Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran: Kualitas Hidup Kita Terburuk ke-12 di Dunia, Apa yang Sudah Berubah?

Diperbarui: 16 Oktober 2025   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infografis tentang peringkat negara dengan kualitas hidup (sumber: Numbeo / foto: X/@GlobalStatistics)

Tak terasa, satu tahun telah berlalu sejak Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memegang kendali. Selama ini, banyak program digulirkan, mulai dari pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), janji makan siang gratis, hingga fokus pada hilirisasi dan geopolitik.

Namun, sebagai warga negara yang menjalani kehidupan sehari-hari, pertanyaan krusialnya adalah: Apakah program-program makro itu benar-benar mampu mengangkat kualitas hidup kita dari dasar jurang?

Data terbaru dari Indeks Kualitas Hidup Global yang dirilis Numbeo memberikan jawaban yang menyakitkan: Indonesia menduduki peringkat ke-12 sebagai negara dengan Kualitas Hidup Terburuk di Dunia, dengan skor hanya 102.4.

Ini bukan warisan dari semalam. Ini adalah tantangan struktural yang telah menumpuk, dan inilah yang seharusnya menjadi fokus utama yang PALING TERASA bagi rakyat dalam setahun masa kepemimpinan ini.

Yang Paling Terasa: Janji vs. Kenyataan Data

Selama satu tahun ini, fokus pemerintah baru sangat terasa pada dua aspek: stabilitas politik dan percepatan proyek-proyek warisan (seperti IKN). Tetapi, bagi rakyat kebanyakan, yang paling terasa adalah kepahitan pada delapan pilar penentu Kualitas Hidup Numbeo:

1. Daya Beli yang Menciut (Purchasing Power)

Yang paling terasa adalah perjuangan ekonomi harian. Walaupun ekonomi makro diklaim stabil, Indeks Daya Beli kita tetap "Sangat Rendah." Kenaikan harga kebutuhan pokok, listrik, dan transportasi umum terasa lebih nyata daripada janji ekonomi global. Apakah program-program populis seperti pembagian bansos mampu mengimbangi daya beli yang terus tergerus inflasi? Setahun ini, jawabannya terasa "belum."

2. Jeratan Perumahan dan Kemacetan (Property & Traffic)

Masyarakat perkotaan merasakan betul neraka dua faktor ini. Rasio Harga Properti terhadap Pendapatan kita Sangat Rendah. Rumah menjadi barang mewah, bukan kebutuhan. Bersamaan dengan itu, Indeks Waktu Tempuh Lalu Lintas kita "Tinggi", yang berarti jam produktif kita habis di jalan. Selama satu tahun, apakah ada solusi revolusioner untuk memecah kemacetan Jabodetabek, ataukah kita hanya menunggu IKN selesai sementara Jakarta terus lumpuh?

3. Polusi dan Kesehatan (Pollution & Health Care)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline