Saat harga bahan pokok melambung tinggi, tak sedikit pelaku usaha kuliner harus memutar otak agar tetap bisa menjual makanan dengan harga yang bersaing.Â
Salah satu strategi yang kerap dilakukan, terutama oleh penjual sop atau soto ayam, adalah mengganti daging ayam kampung dengan ayam petelur afkir.Â
Namun, yang menjadi soal adalah, banyak dari mereka tetap menyebutnya sebagai "ayam kampung" di papan menu.
Praktik ini makin jamak ditemui, bahkan dianggap lumrah oleh sebagian pelaku usaha.Â
Padahal, antara ayam kampung dan ayam petelur afkir memiliki perbedaan yang cukup mendasar, baik dari segi rasa, tekstur, maupun nilai gizinya.Â
Bagi konsumen yang berharap menyantap ayam kampung dengan segala kelebihan yang selama ini melekat padanya, tentu ini adalah bentuk penyesatan informasi, kalau tidak ingin langsung menyebutnya sebagai penipuan.
Mari kita telaah lebih dulu apa itu ayam petelur afkir.
Ayam petelur afkir adalah ayam betina dari ras petelur komersial (seperti White Leghorn atau Isa Brown) yang sudah melewati masa produktifnya dalam bertelur.Â
Umumnya, setelah berusia hingga 90 minggu atau sekitar 22 bulan, ayam-ayam ini tidak lagi efisien dalam menghasilkan telur dan kemudian dipotong untuk dijual sebagai daging konsumsi.Â
Karena masa hidupnya lebih lama dan berasal dari sistem pemeliharaan intensif, ayam afkir memiliki karakteristik daging yang keras, berwarna gelap, dan aroma yang cukup tajam.