Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Cerber: Anugerah, Bukan Kutukan - Part 4

Diperbarui: 5 September 2021   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anugerah, Bukan Kutukan - Part 4 (Sumber: Pixabay)

Bagian sebelumnya 

"Jadi, siapa yang harus keluar dari rumah ini, aku atau dia?"

Kedua laki-laki itu terperanjat dan berpaling ke arah Molly yang tiba-tiba telah berdiri di belakang Anton.

"Nona Puspita." Anton berdiri dari kursinya. "Tidak ada yang harus pergi dari rumah ini."

"Selamat siang, Pak Anton. Saya pikir anda lupa siapa saya."

Anton tampak malu. "Maaf tadi ada hal penting yang harus saya dan Ari bicarakan terlebih dahulu."

"Bapak dan Ari bicarakan? Bukannya saya yang menelepon Pak Anton untuk datang ke sini?"

Anton tambah tampak salah tingkah. Molly tidak peduli. Ia sudah tidak sabar lagi. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perbincangan Anton dan Ari tadi terlihat sangat intens, Anton menggebrak meja dan mencengkeram leher kaus Ari, apa artinya itu semua?

"Maafkan saya sekali lagi, Nona."

"Ah, sudahlah. Sekarang yang lebih penting, apa maksud Bapak tadi tidak ada yang harus pergi dari sini?" Molly mengangguk ke arah Ari. "Tidakkah ia harus pergi? Apa haknya berada di sini? Siapa dia sebenarnya?" Dengan kesal Molly melihat Ari hanya meminum kopinya lagi, bahkan tidak berusaha menjawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline