Bekasi, awal tahun 2007.
Hujan baru saja reda. Jalanan basah, dedaunan berkilau sisa air, dan angin sore mengibaskan bendera plastik di depan warnet kecil. Di dalamnya, suara ketikan keyboard bercampur dengan denting notifikasi MIRC --- dunia kecil yang ramai, penuh tawa remaja yang mencari teman baru lewat kabel dan layar tabung.
Aku, Iwan, siswa SMK kelas dua yang terlalu pemalu untuk bicara panjang pada perempuan, duduk berdesakan di kursi sempit warnet bersama sahabatku, Ardiansyah.
Kami sedang asyik "ngechat" --- berburu teman ngobrol dari sekitar Bekasi dan Jakarta Timur.
Di tengah deretan nickname warna-warni, muncul satu nama:
Wati --- dari SMAN 2 Bekasi.
Dari satu chat iseng, obrolan itu berubah jadi perkenalan.
Dari MIRC berpindah ke Friendster, lalu berlanjut ke SMS.
Dan entah bagaimana, setiap getaran ponsel jadulku kini membawa satu nama yang selalu kutunggu.
Wati bukan sekadar nama --- dia seperti suara yang hangat di antara malam yang sunyi.
> "Gw kadang capek, Wan. Orang liat gw cuma dari luar doang," tulisnya suatu malam.