Lihat ke Halaman Asli

Langkah Terakhir Menuju Garis Finis

Diperbarui: 7 Oktober 2025   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deru napas Putra terdengar berat. keringat dan air mata membasahi jerseynya yang kini menempel di tubuh. Ia tertinggal beberapa meter dari pelari lain, namun di telinganya hanya ada dua suara yaitu detak jantung dan tekadnya sendiri yang sibuk menyakinkan dirinya bahwa dia belum kalah.

Sejak kecil, Putra bermimpi menjadi pelari nasional. Ia selalu percaya kecepatan bukan hanya soal kaki, tapi juga keyakinan. Sayangnya  dua tahun lalu, cedera lutut hampir merenggut mimpinya. Dokter sempat berkata bahwa kecil kemungkinan putra bisa berlari seperti dulu, tapi Putra menolak menyerah ia yakin bahwa ia bisa sembuh kembali. Ia menjalani fisioterapi setiap hari, menahan sakit, sementara banyak orang mulai melupakannya di dunia atletik.

Hari ini adalah kejuaraan terakhir sebelum seleksi nasional. Jika gagal, mimpinya berakhir.
Pagi itu, Coach Ibrahim menepuk bahunya.

Coach Ibrahim: "Kau yakin bisa turun hari ini, Putra? Lututmu belum pulih penuh."
Putra: "Saya tahu, Coach. Tapi saya tak ingin hidup dengan rasa penasaran."

Di sisi lain, Acha, sahabatnya, menatap khawatir.

Acha: "Kalau sakitnya kambuh, jangan paksakan. Medali bisa dicari, tapi kaki tak bisa dibeli."
Putra: (tersenyum keci) "Aku cuma mau buktikan kalau aku masih bisa finis."

Sesaat sebelum start, Andra, rivalnya, menghampiri.

Andra: "Dengar-dengar kau sempat cedera parah? Hebat juga bisa balik secepat ini."
Putra: "Cedera bukan alasan buat berhenti, kan dra?"
Andra: (tersenyum kecil) "Benar juga. Cedera bukan alasan untuk kita gak nyoba untuk berjuang."

Peluit dibunyikan. Semua pelari melesat.
Langkah Putra pasti, tapi rasa nyeri mulai terasa di lututnya. Ia tahu Andra sudah di depan, tapi dalam hati kecilnya ia berkata, "Lawanku bukan mereka,lawanku adalah diriku sendiri"

Putaran terakhir tiba. Nyeri semakin hebat. Napasnya berat, langkahnya goyah seakan kaki sudah tak menapak ditanah. Di tengah rasa sakit, ia mendengar teriakan dari tepi lintasan.

Coach Ibrahim: "Putra! Juara bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling kuat bertahan!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline