Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, perilaku konsumsi masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin kompleks. Banyak individu melakukan pembelian barang atau jasa bukan lagi berdasarkan pertimbangan kebutuhan fungsional, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiologis dan psikologis, seperti keinginan untuk memperoleh kepuasan diri, pengakuan sosial, serta aktualisasi pribadi yang mencerminkan identitas dan status sosialnya.
Perilaku pembelian tanpa pertimbangan yang matang ini dikenal dengan istilah pembelian impulsif (impulsive buying), yaitu tindakan membeli barang secara spontan ketika individu mengalami dorongan emosional yang muncul secara tiba-tiba setelah melihat suatu produk, tanpa melalui proses evaluasi rasional terhadap kebutuhan maupun manfaatnya.
Fenomena tersebut dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika seseorang berbelanja di sebuah swalayan dengan daftar belanja yang telah disusun sebelumnya. Meskipun individu tersebut telah merencanakan pembelian secara rasional, saat berada di area kasir sering kali muncul godaan terhadap produk-produk yang sengaja ditempatkan di dekat meja pembayaran. Keberadaan produk tersebut menimbulkan dorongan emosional yang spontan, meskipun secara sadar individu tidak terlalu, atau bahkan sama sekali tidak membutuhkan produk itu pada saat tersebut. Akibatnya, individu cenderung melakukan pembelian tanpa melalui proses pertimbangan yang matang, yang merupakan ciri khas dari perilaku pembelian impulsif.
Dalam perspektif sosiologi, khususnya melalui Teori Tindakan yang dikemukakan oleh Talcott Parsons, perilaku pembelian impulsif dapat dipahami sebagai bentuk tindakan sosial yang dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal dalam sistem sosial. Parsons menegaskan bahwa setiap tindakan individu tidak pernah berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan nilai, norma, serta tujuan yang ada dalam struktur sosial.
Dalam konteks pembelian impulsif di swalayan, keputusan spontan individu untuk membeli produk yang tidak direncanakan merupakan hasil dari proses adaptasi terhadap lingkungan sosial dan ekonomi yang sarat dengan rangsangan konsumtif, seperti promosi, penataan produk, serta simbol status yang melekat pada barang tertentu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI