Temuan yang dimumkan oleh tim Department of Government Efficiency (DOGE) yang dikomandani Elon Musk memang membuat mata terbelalak sekaligus mencerminakan bahwa korupsi dalam berbagai bentuk dilakukan secara sistematis di hampir semua kementerian dan lembaga di Amerika.
Temuan anggaran akibat pemborosan, anggaran fiktif, anggaran yang tidak efisien dan tidak sesuai dengan peruntukan jumlahnya sangat fantastis yaitu mencapai US$ 160 milyar setara dengan Rp. 2.636.153.200.000.000.00). Angka sementara ini menunjukkan bahwa defisit anggaran Amerika yang jumlahnya sangat besar ini salah satunya disebabkan oleh penghamburan uang pajak dan pendapatan negara lainnya serta korupsi yang dilakukan di pemerintahan.
Tidak tanggung tanggung pemerintah Trump menargetkan untuk memotong anggaran sebesar US$2 trilyun (setara dengan Rp. 32.951.915.000.000.000.00 yang dikategorikan sebagai penghamburan, korupsi dan manipulasi anggaran.
Keberadaan Elon Musk di DOGE memang sangat singkat, namun temuan yang diungkap oleh DOGE ini membuka mata rakyat Amerika bahwa di negaranya uang pajak dan pendapatan negara dihambur hamburkan dan dikorupsi secara sistematis untuk kepentingan pribadi dan kelompok maupun golongan.
Mungkin ada yang bertanya mengapa saat ini Elon Musk mengundurkan diri dari DOGE? Menurut Office of Government Ethics, pihak independent seperti Elon hanya dapat bekerja di pemerintah selama maksimal 130 hari saja artinya tanggal 30 May 2025 mendatang Elon tidak dapat lagi meneruskan kiprahnya di DOGE walaupun tidak sepeser pun pemerintah mengajinya.
Keberadaan DOGE memang unik sekaligus merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh Trump untuk mengurangi defisit anggaran yang jumlahnya sangat fantastis. Kiprah Elon dan timnnya yang sebagian besar bekerja secara maraton merupakan shock terapi bagi pegawai pemerintah yang selama ini dinina bobo kan dan berleha leha berkerja dengan kualitas seadanya dan mendapat gaji yang jumlahnya fantastis.
Temuan DOGE yang membelalakkan mata diantaranya transfer yang dilakukan oleh The United States Institute of Peace (USIP) kepada mantan anggota Taliban sebesar US$ 132.000 (setara dengan Rp. 2.174.826.390.00) ditambah dengan biaya charter pesawat pribadi untuk pejabat USIP.
Anggaran yang dihamburkan untuk memulihan Covid 19 khusus di tingkat sekolah untuk siswa jumlahnya mencapai US$ 200 milyar (setara dengan Rp. 3.295.191.500.000.000.00). Anggaran ini termasuk sewa hotel mewah untuk berbagai pertemuan dan pembelian truk ice cream, pembangunan kolam renang.
Hal yang juga membuat mata warga Amerika terbelalak adalah anggaran yang dikeluarkan oleh USAID di era Pemerintahan Biden yang menghibahkan dana sebesar US$20 juta (setara dengan Rp. 329.519.150.000.00) untuk membiayai Sesami Workshop dan juga membiayai pembuatan semacam Sesami street show ala Timur Tengah yang konon katanya untuk mempromosikan pemahaman keberagaman etnis dan agama.
Angka penghamburan uang untuk pembayaran yang tidak sesuai dengan peruntukan jumlahnya juga sangat fantastis lainnya yaitu mencapai US$ 162 juta (setara dengan Rp. 2.669.105.115.000.00). Informasi penghamburan uang ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh the US Government Accountability Office (GAO). Penghamburan uang yang tidak sesuai peruntukan ini berbagai kantor pemerintahan termasuk di kementrian kesahatan, keuangan, pertanian dan bisnis kecil.