Setiap kali musim gugur datang, daun-daun yang tadinya hijau dan lebat mulai berubah warna, kemudian perlahan gugur ke tanah. Bagi sebagian orang, itu tanda kehampaan. Tapi bagi alam, itu adalah tanda kebijaksanaan. Dibalik gugurnya daun, tersembunyi pesan yang dalam tentang kehidupan: tentang melepaskan, tentang siklus, dan tentang keberanian untuk berpisah demi pertumbuhan.
Daun yang gugur mengajarkan kita tentang seni melepaskan. Dalam hidup, ada banyak hal yang kita genggam erat : orang, kenangan, harapan, bahkan luka. Tapi tidak semua harus terus digenggam. Terkadang, melepaskan bukan berarti menyerah justru itu langkah awal untuk memulai sesuatu yang baru.
Setiap pohon tahu kapan saatnya melepaskan daunnya. Iya tidak memaksakan Daun tetap tinggal saat waktunya pergi. Kita pun harus belajar membaca musim kehidupan. Ada masa untuk memelihara, ada masa untuk melepaskan. Melepaskan bukan bentuk kelemahan, tapi bentuk keberanian yang dewasa.
Selain itu, gugurnya daun memberi ruang bagi tunas baru di musim berikutnya. Dalam hidup, kehilangan seringkali membawa Ruang kosong yang menakutkan. Tapi justru di ruang kosong itu, harapan bisa tumbuh kembali. Seperti tanah yang disiapkan untuk menumbuhkan benih baru, hati yang telah belajar melepaskan lebih siap menerima kehidupan yang baru.
Kesimpulan
Gugurnya daun adalah pengingat bahwa hidup bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang merelakan. Di balik kehilangan, selalu ada potensi kehidupan baru. Maka saat hidup memintamu untuk melepaskan entah itu orang, rencana, atau masa lalu ingatlah daun yang gugur. Ia tidak menangis, ia tidak marah. Ia tidak hanya jatuh dengan tenang, karena ia tahu: musim baru akan datang. Dan hidup pun akan terus
berlanjut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI