Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Menelusuri Warisan Budaya Nusantara di Museum Wayang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

. [caption id="attachment_133344" align="aligncenter" width="614" caption="Tampak Antrean Pengunjung memasuki Museum Wayang"][/caption]

*     *     *

Pagi tadi, setelah menginjakkan kaki di stasiun Kota, dan hendak menuju kawasan Harmoni, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Wayang. Sebuah museum yang terletak di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat dan bersebelahan dengan Museum Fatahillah. Saat itu, pengunjung sangat ramai, didominasi oleh kawanan pelajar. Baik itu siswa berseragam  SD, SMP maupun SMA. Ada juga beberapa turis yang mengunjungi museum ini, mereka tampak antusias melihat beraneka ragam koleksi Museum Wayang, mulai dari Wayang Kulit, Wayang Golek, Topeng, Lukisan bertema Wayang, Boneka, Gamelan, dan beberapa koleksi tentang Wayang lainnya. Saya sendiri, juga sangat berniat untuk mengunjungi museum ini. Meskipun sudah tiga kali, namun tidak bosan-bosannya untuk kembali mendatangi museum ini. Mungkin karena saya sangat menggemari Wayang, mulai dari penokohan zaman Ramayana hingga Bharata Yudha berakhir. Lagipula, wayang adalah salah satu budaya Indonesia yang diakui oleh dunia. Buktinya, UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sebenarnya, pertunjukkan boneka tak hanya ada di Indonesia, banyak negara memiliki pertunjukkan boneka, namun pertunjukkan bayangan boneka (wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Dan untuk itulah UNESCO memasukkannya dalam Daftar Warisan Dunia. (Sumber Wikipedia) Beruntung kita mempunyai Museum wayang, karena dengan begitu kita dapat mengetahui lebih dalam tentang wayang. Dari mulai wayang purwa hingga madya. Bahkan beberapa peneliti dari luar negeri, banyak yang mendatangi museum ini untuk menggali lebih dalam tentang wayang. Seperti yang saya dengar saat Pemandu wisata menjelaskan tentang koleksi wayang dengan beberapa turis yang berasal dari Belanda. Museum Wayang sendiri mempunyai koleksi sekitar 4.000 lebih, baik itu yang berasal dari Indonesia, maupun negara-negara lainnya di seluruh dunia.

*    *    *

Sekitar satu jam, saya mengelilingi museum wayang. Dari mulai lantai satu hingga lantai dua, termasuk ruang Masterpiece, dan ruang Gamelan. Saya paling senang saat melihat silsilah wayang purwa, mulai dari Batara Guru hingga ke Parikesit. Lalu ada juga tentang wayang Revolusi, seperti Mantan Presiden Soekarno, Mantan Wakil Presiden Muhammad Hatta, dan Pangeran Dipenogoro yang berhadapan dengan pihak Belanda. Saat saya berada dilantai dua, sedang melihat koleksi wayang dalam wujud raksasa (Tiwikrama), tiba-tiba, terdengar beberapa obrolan dari pelajar SD dan SMP. "Kak, kak... Yang ini kok mirip Son Go Ku, ya?" Tanya salah seorang anak berseragam putih merah itu kepada kawannya yang berbadan bongsor dan mengenakan seragam olahraga salah satu SMP di Jakarta. Lalu, kawannya tersebut kemudian mengatakan "Iya, dua-duanya mirip tokoh Dragon Ball ya, apalagi yang rambutnya berwarna emas, seperti Super Saiya 4..." Jawab kawannya kebingungan. Mendengar pembicaraan mereka, saya yang tepat sedang menjepret foto Sri Kresna, Langsung saja, ikut menimpali. "Bukan, Dik. Ini Tiwikrama dari Prabu Puntadewa, anggota tertua dari Pandawa Lima. Memang kalau sudah marah, ia akan merubah wujud menjadi kera putih raksasa. Ya, mirip tokoh kartun Son Goku, namun ini asli wayang gubahan Pujangga asal Indonesia..." "Oh, kirain saya ini Son Goku sedang jadi Super Saiya 4." Jawab mereka serentak. Kemudian mereka banyak bertanya tentang tokoh wayang, kebetulan sedikitnya saya mengerti tentang wayang, jadi tidak malu-maluin saat menjawab pertanyaan mereka. Untung saja di era sekarang ini, ternyata masih ada anak remaja yang mengunjungi museum wayang dan mau mengenal lebih dalam tentang wayang. Sebab kalau tidak, bisa-bisa warisan budaya Nusantara ini terkikis oleh derasnya serbuan produk luar negeri.

*    *    *

Setelah puas berkeliling di lantai dua, saya turun ke lantai satu, hendak pulang. Namun sebelumnya, saya menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh beberapa boneka wayang, yaitu Cepot dan Dewi Kamaratih, serta beberapa pin dan gantungan kunci dengan gambar Arjuna...

*    *    *

[caption id="attachment_133345" align="aligncenter" width="614" caption="Wayang Gatot Kaca Raksasa"][/caption] *    *    * [caption id="attachment_133346" align="aligncenter" width="614" caption="Memasuki Ruangan Masterpiece"][/caption]

*    *    *

[caption id="attachment_133347" align="aligncenter" width="614" caption="Wayang Revolusi: Presiden Ir. Soekarno, M. Hatta, dan Pangeran Dipenogoro berhadapan dengan Penjajah"][/caption]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline