Lihat ke Halaman Asli

Rizqi Eriyaa

Mahasiswa

Senyuman yang Ternoda: kisah di balik bullying.

Diperbarui: 17 September 2025   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bullying perilaku yang dianggap normal karena hanya dianggap candaan berlebihan dan iseng-iseng an semata. Tapi nyata nya bullying itu lebih dari sekedar candaan yang berlebihan atau perilaku iseng, bullying adalah bentuk kekerasan yang meninggalkan luka yang mendalam meskipun tidak terlihat di permukaan. Banyak orang yang mengira hanya terjadi di lingkungan sekolah, padahal bullying ini juga bisa terjadi ditempat kerja, dunia maya, hingga lingkaran pertemanan. Yang mana dibalik senyum yang tampak di wajah korban, sering tersembunyi luka batin yang sulit untuk disembuhkan.

Bentuk dan Wajah Bullying 

Bullying dapat muncul dalam berbagai bentuk, yaitu: verbal, fisik, sosial, maupun digital. Bullying verbal biasanya dalam bentuk hinaan, ejekan, atau komentar yang merendahkan. Bullying fisik melibatkan kekerasan langsung, seperti memukul, menendang, atau mendorong. Sementara itu, bullying sosial dilakukan dengan cara mengecilkan dan menyebar gosip. tak kalah berbahayanya, bullying digital (cyber bullying) kini semakin marak terjadi, dimana media sosial digunakan sebagai alat untuk menyebarkan ajaran kebencian dan mempermalukan orang lain secara luas.

Yang membuat bullying berbahaya adalah dampak nya yang hanya sebatas momen kejadian saja, tetapi dampaknya yang bisa membekas dalam jangka panjang. Seorang anak yang sering di-bully dapat kehilangan kepercayaan diri, menarik diri dari lingkungan hingga mengalami depresi. Bahkan pada beberapa kasus bullying dapat mendorong korbannya untuk mengakhirinya hidupnya.

Luka yang Tersembunyi 

Banyak nya korban bullying yang memilih untuk diam. Mereka menutup rapat-rapat pengalaman pahitnya karena takut, malu, atau mereka berfikir bahwa tidak ada orang yang akan percaya dengan apa yang dialaminya. Senyuman yang tampak di wajahnya sering kali menjadi topeng untuk menutupi kesedihan yang mendalam.

Dalam konteks psikologi, kondisi ini sering dikenal dengan istilah smiling depression yang mana ketika seseorang orang terlihat bahagia dari luar, namun sebenarnya sedang terluka didalam. Inilah mengapa bullying tidak boleh dianggap remeh. luka fisik mungkin bisa sembuh dengan cepat, tetapi luka batin bisa membekas sepanjang hidup.

Peran Lingkungan dan Pendidikan 

Mencegah bullying bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab bagi lingkungan, keluarga dan institusi pendidikan. Orang tua perlu membangun komunikasi yang hangat dengan anak, agar anak merasa aman untuk bercerita. Sekolah sebagai ruang tumbuh kembang generasi muda, harus menegakkan peraturan yang tegas terhadap segala bentuk tindakan bullying.

Selain itu, pendidikan karakter yang menanam nilai empati, toleransi dan saling menghargai sangatlah penting sebagai benteng yang mengurangi budaya bullying. Anak-anak perlu diajarkan sejak dini bahwa setiap kata dan tindakan mereka dapat memicu dampak besar pada kehidupan orang lain.

Menjadi bagian dari Solusi 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline